Pada suatu pagi di rumah saya. saya bangun untuk sholat shubuh. Setelah sholat shubuh, saya menonton tv di ruang keluarga. Seperti biasa saya menonton acara tv yang menarik dan pada akhirnya ketemu acara tvĀ yang menampilkan kartun. Ketika acara kartun itu selesai, saya mencari channel yang menyiarkan berita-berita. āYah kartunnya sudah selesai, cari aja berita deh, siapa tau ada berita yang menarikā ucap saya sambil memindahkan channel tv Namun ketika saya sudah melihat berbagai macam berita, ada satu berita yang cukup menarik menurut saya, yaitu tentang mural. Wah ini berita baru menurut saya, apa ya mural itu . Ternyata mural adalah cara menggambar atau melukis media nya adalah dinding atau tembok yang permukaan luas yang bersifat permanen. Berita di TV ada seseorang yang membuat mural yang berisikan keresahan yang terjadi di negara ini. Tetapi mural tersebut di hapus oleh aparat, karena mural tersebut dinggap tidak pantas. āKok ada ya? orang yang membuat mural berisikan tentang keresahan di negara ini dihapus? Padahalkan dia hanya memberikan sindiran kepada pemerintahā dalam hatiĀ saya dengan wajah kebingungan dan agak belum memahami. Kebetulan ketika saya menonton berita di TV tersebut ada bapak saya, yang sedang meminum kopi. Jadi saya memutuskan untuk bertanya ke bapak, untuk meminta tanggapannya terhadap berita ini. āpakā ucap saya āapa aāujar bapak setelah di panggil oleh saya, di rumah biasanya saya di panggil aa oleh orangtua atau adik saya āini pakĀ tadi aa nonton berita di tvā āterus? Beritanya tentang apa?ā kata bapak saya sambil memindahkan cangkir kopinya. āitu pak berita tentang mural, ada orang yang membuat mural tentang keresahannya di negri ini, tetapi mural tersebut malah dihapus oleh aparat.karena menurut aparat mural itu tidak pantas di lihat oleh masyarakat, menurut bapak bagaimana? āya kalau menurut bapak sah-sah aja kalo mau membuat mural, karena mural itu termasuk seni. Malah bagus kalo mau menyampaikan aspirasi lewat mural, kadang juga meskipun kita menyampaikan aspirasi secara langsung belum tentu di denger oleh pemerintah, gatau tu telinganya Ā ketutupan apa kali hahahaā ucap bapak āKetutupan sama permen karet pak heheheāucap saya sambil tertawa āsssttt, jangan gitu kita juga belum tahu apa yang mau dilakukan pemerintah, mungkin pemerintah punya cara yang lebih baikā ucap bapak bernada rendah Ketika kami lagi asik mengobrol, tiba-tiba ibu saya datang, menghampiri kami, dan dia pun bertanya kepada kami ālagi ngobrolin apa nih kayaknya seruā ucap ibu,sambil duduk di kursi ālagi ngobrolinĀ tentang mural bu yang berisikan keresahan rakyat āucap saya āemang ada apa sama muralnya? tanya ibu ā jadi gini bu, tadi aa nonton berita di TV, ada seseorang yang membuat mural yang berisikan kritik kepada pemerintah. Tetapi pemerintah malah menghapus muralnya tersebutā ucap saya ākok dihapus sih, kan mural bisa jadi salah satu tempat untuk menyampaikan aspirasiāucap ibu. Sambil kebingungan āgatau ni bu, aa juga merasa aneh, menurut aa juga kenapa harus di hapus mural itu. Menurut aa sih itu bisa menjadi bahan protes ketidakpuasan Ā dari masyarakat terhadap kinerja pemerintahanāucap saya ānah betul tu aaā ucap bapak sambil tersenyum. Seharusnya pemerintah jugaĀ legowo menerima kritikan dari masyarakat itu juga pelajaran buat kita, jika diĀ kritik atau diberi masukan harus di terima dengan lapang dada. (***)