Author: Dika firdan pratama

Aspirasi yang Hilang

Pada suatu pagi di rumah saya. saya bangun untuk sholat shubuh. Setelah sholat shubuh, saya menonton tv di ruang keluarga. Seperti biasa saya menonton acara tv yang menarik dan pada akhirnya ketemu acara tvĀ  yang menampilkan kartun. Ketika acara kartun itu selesai, saya mencari channel yang menyiarkan berita-berita. ā€œYah kartunnya sudah selesai, cari aja berita deh, siapa tau ada berita yang menarikā€ ucap saya sambil memindahkan channel tv Namun ketika saya sudah melihat berbagai macam berita, ada satu berita yang cukup menarik menurut saya, yaitu tentang mural. Wah ini berita baru menurut saya, apa ya mural itu . Ternyata mural adalah cara menggambar atau melukis media nya adalah dinding atau tembok yang permukaan luas yang bersifat permanen. Berita di TV ada seseorang yang membuat mural yang berisikan keresahan yang terjadi di negara ini. Tetapi mural tersebut di hapus oleh aparat, karena mural tersebut dinggap tidak pantas. ā€œKok ada ya? orang yang membuat mural berisikan tentang keresahan di negara ini dihapus? Padahalkan dia hanya memberikan sindiran kepada pemerintahā€ dalam hatiĀ  saya dengan wajah kebingungan dan agak belum memahami. Kebetulan ketika saya menonton berita di TV tersebut ada bapak saya, yang sedang meminum kopi. Jadi saya memutuskan untuk bertanya ke bapak, untuk meminta tanggapannya terhadap berita ini. ā€œpakā€ ucap saya ā€œapa aā€ujar bapak setelah di panggil oleh saya, di rumah biasanya saya di panggil aa oleh orangtua atau adik saya ā€œini pakĀ  tadi aa nonton berita di tvā€ ā€œterus? Beritanya tentang apa?ā€ kata bapak saya sambil memindahkan cangkir kopinya. ā€œitu pak berita tentang mural, ada orang yang membuat mural tentang keresahannya di negri ini, tetapi mural tersebut malah dihapus oleh aparat.karena menurut aparat mural itu tidak pantas di lihat oleh masyarakat, menurut bapak bagaimana? ā€œya kalau menurut bapak sah-sah aja kalo mau membuat mural, karena mural itu termasuk seni. Malah bagus kalo mau menyampaikan aspirasi lewat mural, kadang juga meskipun kita menyampaikan aspirasi secara langsung belum tentu di denger oleh pemerintah, gatau tu telinganya Ā ketutupan apa kali hahahaā€ ucap bapak ā€œKetutupan sama permen karet pak heheheā€ucap saya sambil tertawa ā€œsssttt, jangan gitu kita juga belum tahu apa yang mau dilakukan pemerintah, mungkin pemerintah punya cara yang lebih baikā€ ucap bapak bernada rendah Ketika kami lagi asik mengobrol, tiba-tiba ibu saya datang, menghampiri kami, dan dia pun bertanya kepada kami ā€œlagi ngobrolin apa nih kayaknya seruā€ ucap ibu,sambil duduk di kursi ā€œlagi ngobrolinĀ  tentang mural bu yang berisikan keresahan rakyat ā€ucap saya ā€œemang ada apa sama muralnya? tanya ibu ā€œ jadi gini bu, tadi aa nonton berita di TV, ada seseorang yang membuat mural yang berisikan kritik kepada pemerintah. Tetapi pemerintah malah menghapus muralnya tersebutā€ ucap saya ā€œkok dihapus sih, kan mural bisa jadi salah satu tempat untuk menyampaikan aspirasiā€ucap ibu. Sambil kebingungan ā€œgatau ni bu, aa juga merasa aneh, menurut aa juga kenapa harus di hapus mural itu. Menurut aa sih itu bisa menjadi bahan protes ketidakpuasan Ā dari masyarakat terhadap kinerja pemerintahanā€ucap saya ā€œnah betul tu aaā€ ucap bapak sambil tersenyum. Seharusnya pemerintah jugaĀ  legowo menerima kritikan dari masyarakat itu juga pelajaran buat kita, jika diĀ  kritik atau diberi masukan harus di terima dengan lapang dada. (***)