Tangerang — Stroke kini kembali menjadi sorotan setelah laporan terbaru Global Burden of Disease (GBD) mengungkap peningkatan signifikan kasus stroke dalam dua dekade terakhir. Tidak hanya di tingkat global, Indonesia termasuk negara yang mengalami lonjakan kasus paling mencolok. Data GBD 2000–2025 menunjukkan bahwa stroke masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berbeda dengan banyak negara yang mulai menunjukkan penurunan angka kematian, Indonesia justru mencatat kenaikan kasus absolut serta beban biaya kesehatan yang semakin besar. Secara global, lebih dari 12 juta kasus stroke terjadi setiap tahun, dengan 6,5 juta kematian. Meski teknologi medis terus berkembang, jumlah pasien baru dan penyintas dengan disabilitas jangka panjang terus bertambah. Tren Meningkat di Indonesia Di Indonesia, prevalensi stroke terus naik sejak 1990 dan diperkirakan akan meningkat hingga 2030. Lonjakan kasus ini tidak hanya terjadi pada kelompok lanjut usia, tetapi juga mulai menggeser usia produktif, yaitu 30–59 tahun. Para ahli menyebutkan bahwa faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan kebiasaan merokok yang belum terkendali menjadi penyumbang utama. Rendahnya deteksi dini dan terbatasnya akses rehabilitasi juga memperparah kondisi. Beban Ekonomi Semakin Berat Kenaikan kasus stroke berdampak langsung pada pengeluaran kesehatan. Secara global, biaya ekonomi stroke diperkirakan mencapai lebih dari USD 700 miliar per tahun. Di Indonesia, beban ekonomi stroke ditaksir melampaui Rp 56 triliun setiap tahun. Biaya ini mencakup rawat inap, tindakan medis, rehabilitasi, serta kerugian produktivitas akibat disabilitas jangka panjang. Tidak sedikit keluarga pasien yang harus menanggung pengeluaran katastropik, bahkan berisiko jatuh miskin karena biaya perawatan yang berkelanjutan. Sistem Kesehatan Berpotensi Tertekan Lonjakan kasus stroke turut membebani pembiayaan BPJS Kesehatan. Jika tren tidak dikendalikan, Indonesia berisiko menghadapi peningkatan kasus lebih dari 20 persen dalam satu dekade ke depan serta tingginya angka disabilitas yang menghambat produktivitas nasional. Upaya untuk Mengendalikan Stroke Para pakar kesehatan menekankan perlunya strategi komprehensif, meliputi: peningkatan deteksi dini hipertensi dan diabetes di Puskesmas, edukasi intensif gaya hidup sehat, penguatan layanan stroke akut di rumah sakit daerah, pemerataan pusat rehabilitasi pasca-stroke, serta kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat program pencegahan. Kenali Gejala Stroke Sejak Dini: FAST Bisa Selamatkan Nyawa Stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan terbesar di Indonesia. Karena itu, mengenali gejalanya sejak awal sangat penting. Para ahli kesehatan menggunakan panduan FAST untuk memudahkan masyarakat mengingat tanda-tanda stroke. F – Face (Wajah): Perhatikan apakah salah satu sisi wajah tampak menurun atau sulit digerakkan. A – Arm (Lengan/Kaki): Tiba-tiba tangan atau kaki melemah, sulit digerakkan, atau terasa kebas. S – Speech (Bicara): Bicara menjadi pelo, sulit mengeluarkan kata, atau tidak memahami ucapan orang lain. T – Time (Waktu): Jika menemukan gejala di atas, waktu adalah kunci. Segera bawa pasien ke IGD dalam waktu maksimal 4,5 jam untuk peluang penyembuhan terbaik. Penanganan cepat tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mencegah kecacatan jangka panjang. Bagaimana Cara Mencegah Stroke? Pencegahan adalah cara paling efektif dan murah untuk menekan risiko stroke. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup sederhana dapat menurunkan risiko hingga 80% jika dilakukan secara konsisten. Beberapa langkah yang bisa dilakukan sehari-hari: Rutin cek tekanan darah untuk memastikan tetap stabil. Kurangi konsumsi garam dan makanan berlemak tinggi yang dapat memicu hipertensi dan kolesterol. Berhenti merokok, karena rokok mempercepat kerusakan pembuluh darah. Olahraga minimal 30 menit per hari, seperti jalan cepat atau bersepeda. Tidur cukup dan kelola stres, karena stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah. Kontrol gula darah dan kolesterol, terutama pada penderita diabetes atau riwayat kolesterol tinggi. Temuan GBD menegaskan bahwa stroke bukan lagi sekadar persoalan klinis, tetapi ancaman besar bagi ketahanan kesehatan dan ekonomi Indonesia. Tanpa langkah strategis yang berkelanjutan, beban kasus dan biaya penanganan stroke diprediksi akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.