Ketegangan geopolitik global kembali memuncak seiring dengan eskalasi konflik terbuka antara Israel dan Iran. Serangan balasan (retaliatory attacks), pertukaran rudal, dan ancaman militer yang terus bergulir tidak hanya mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah, tetapi juga berpotensi memicu krisis internasional yang lebih luas.
Lebih dari Sekadar Konflik Dua Negara
Dinamika konflik Israel-Iran mencerminkan persaingan geopolitik yang kompleks, melibatkan kepentingan kekuatan regional dan global. Amerika Serikat yang menjadi sekutu utama Israel terus memberikan dukungan militer dan politik, sementara Iran didukung oleh jaringan proxy seperti Hizbullah di Lebanon dan kelompok bersenjata di Yaman dan Suriah memperluas pengaruhnya secara tidak langsung. Dalam situasi ini, peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlihat semakin terbatas, sementara negara-negara Arab terpecah dalam menyikapi konflik ini.
Dampak Global yang Tidak Bisa Diabaikan
Meskipun secara geografis jauh, Asia Tenggara tidak kebal terhadap efek domino dari konflik ini. Volatilitas harga minyak mentah global dan terganggunya rantai pasok internasional dapat memicu ketidakstabilan ekonomi. Arus pengungsi dari zona konflik juga berpotensi menambah kompleksitas masalah kemanusiaan global. Tidak hanya itu, risiko meluasnya aksi terorisme sebagai bentuk pembalasan menjadi ancaman nyata yang mengintai seluruh dunia.
Krisis Kemanusiaan yang Terus Berulang
Sekali lagi, warga sipil khususnya perempuan dan anak-anak menjadi korban utama dalam pertarungan politik dan militer ini. Serangan-serangan yang terjadi tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga memperdalam trauma kolektif yang dapat memicu lingkaran kekerasan berkepanjangan. Ironisnya, di tengah situasi kritis ini, beberapa negara justru memperbesar aliran senjata ke kawasan.
Peran Komunitas Internasional dan Diplomasi Proaktif
Suara kolektif masyarakat internasional, termasuk negara-negara Asia Tenggara, harus lebih vokal dalam mendorong penyelesaian damai. Diplomasi multilateral harus didorong untuk mencegah eskalasi lebih jauh. Indonesia, dengan tradisi politik luar negeri bebas aktif dan komitmen terhadap perdamaian dunia, perlu mengambil peran lebih strategis baik melalui jalur diplomasi PBB maupun kerja sama regional.
Perlunya Solusi Berkelanjutan
Sejarah telah membuktikan bahwa perang hanya melanggengkan siklus kekerasan tanpa menyelesaikan akar konflik. Jika dunia tidak segera bertindak, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat Timur Tengah, tetapi juga berpotensi mengguncang stabilitas global secara lebih luas.
Oleh: Titi Isweno