Beranda Cinta Awas! Patah Hati Sama Mematikannya Seperti Penyakit Jantung

Awas! Patah Hati Sama Mematikannya Seperti Penyakit Jantung

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times

Ketika hubungan berakhir setelah bertahun-tahun, beberapa orang mengaku dunianya turut hancur hingga menangis berhari-hari sampai tak mau keluar kamar. Biasanya hal ini akan berlangsung paling lama 1-2 bulan.

Tapi dalam beberapa kasus, putus cinta atau patah hati dianggap sebagai kondisi yang memicu stres dan keadaan traumatis dan cukup hebat untuk menyebabkan kerusakan fisik pada jantung, sebuah sindrom yang disebut kardiomiopati takotsubo.

“Kardiomiopati berarti melemahnya otot jantung, dari pompa jantung,” Satjit Bhusri, seorang ahli jantung dari Lenox Hill Hospital di New York, mengutip dari detik.com.

Kondisi ini juga mendapat julukan sindrom patah hati ketika para peneliti mulai memperhatikan bahwa sering kali stres emosional atau mental, seperti kehilangan orang yang dicintai atau perceraian, menunjukkan gejala penurunan fungsi jantung.

Bhusri percaya ada kemungkinan bahwa sindrom patah hati menyebabkan kematian aktris Debbie Reynolds, ibu aktris Carrie Fisher, yang meninggal sehari setelah Fisher pada akhir 2016 lalu. Dia juga berpikir itu mungkin menjelaskan mengapa pasangan yang telah bersama-sama untuk waktu yang lama akan meninggal dalam beberapa hari ‘menyusul’ kepergian orang yang dicintainya.

Pada pasien dengan sindrom patah hati, “gejala yang paling umum muncul adalah nyeri dada dan sesak napas,” kata Zachary Goldberger, profesor kedokteran dan ahli jantung di School of Medicine University of Washington.

Pasien juga biasanya memiliki elektrokardiogram abnormal, ekokardiogram abnormal, dan peningkatan biomarker dalam darah mereka. Secara keseluruhan, orang-orang dengan sindrom ini sangat mirip dengan serangan jantung.

Sementara ada banyak peneliti tidak tahu tentang mengapa dan bagaimana kondisi ini terjadi, serangan semacam ini lebih sering dipicu karena beberapa jenis stressor seperti operasi, emosional atau tekanan.

Jantung memiliki banyak reseptor yang mengambil perintah langsung dari otak. Sementara pemahaman kita tentang kondisi ini masih berkembang, hipotesis umum adalah bahwa di bawah tekanan atau trauma, sistem saraf simpatik melepaskan banyak neurotransmiter yang sangat mirip dengan adrenalin.

“Hormon-hormon ini mungkin kardiotoksik, dan dapat melukai otot jantung,” pungkas Bhusri.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini