
KAB. SERANG – Sebanyak 67 siswa kelas lima dan enam di SDN Bojong Ranji, Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, terpaksa menjalani kegiatan belajar-mengajar (KBM) di musala dan perpustakaan sekolah.
Perpindahan ruang belajar ini dilakukan menyusul insiden ambruknya atap dua ruang kelas pada Selasa pagi, (15/7/2025) lalu.
Diketahui, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 07.15 WIB, sesaat sebelum KBM dimulai pada hari kedua masuk sekolah tahun ajaran baru. Saat itu sebagian siswa usai melaksanakan salat duha di musala sekolah, sementara lainnya bersiap masuk ke ruang kelas.
“Angin tiba-tiba datang cukup kencang. Saat anak-anak baru saja masuk kelas, atapnya langsung ambruk. Anak-anak menjerit, guru juga panik,” ujar Kepala SDN Bojong Ranji, Sofiati, saat dikonfirmasi BantenNews.co.id, Kamis, (17/7/2025).
Beruntung tidak ada korban luka serius dalam insiden tersebut. Beberapa siswa sempat tertimpa reruntuhan ringan seperti plafon gipsum, namun hanya mengalami memar dan syok ringan. Mereka langsung dievakuasi ke ruang guru dan diberi teh manis untuk menenangkan diri.
“Alhamdulillah, tidak ada yang sampai berdarah atau luka berat. Anak-anak sempat kaget, ada yang lompat dari jendela karena panik,” tutur Sofiati.
Dikatakannya, ruang kelas yang mengalami kerusakan parah adalah ruang kelas lima dan enam. Kedua ruang itu kini dikosongkan untuk perbaikan.
Sementara itu, kata dia, kegiatan KBM tetap berlangsung dengan siswa kelas lima dialihkan ke musala sekolah dan siswa kelas enam ke perpustakaan.
Menurut Sofiati, gedung sekolah yang digunakan saat ini merupakan bangunan pengganti dari lokasi sebelumnya yang berada di kawasan industri Modern Cikande.
Sekolah ini menempati bangunan baru pasca relokasi, namun diduga kualitas tanah dan konstruksi menjadi faktor penyebab kerusakan bangunan sekolah.
Guru olahraga SDN Bojong Ranji, Zaenuddin, yang turut membantu evakuasi siswa saat kejadian mengatakan, atap kelas enam sebelumnya sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan seperti rembesan air hujan.
“Ruangannya memang sudah terlihat bocor sejak lama. Saat atap ambruk, saya langsung berlari ke lokasi. Anak-anak panik, sebagian berlindung di bawah meja, yang laki-laki lompat keluar lewat jendela,” tuturnya.
Kata zaenudin, respons cepat pun datang dari masyarakat sekitar. Wali murid, perangkat desa, RT, dan RW langsung turun tangan memperbaiki ruang kelas yang rusak secara swadaya.
Hari itu juga, lanjut dia, material kepercayaan perbaikan diperoleh dan tukang mulai bekerja melakukan perbaikan.
“Karena kalau menunggu bantuan dinas, bisa berbulan-bulan. Jadi masyarakat langsung bergerak, ini kan demi anak-anak juga,” kata Zaenuddin.
Meski pihak sekolah telah melaporkan kejadian tersebut kepada pengawas dan dinas pendidikan setempat, hingga kini belum ada bantuan konkret dari tingkat kabupaten. Hanya pengawas sekolah yang sempat meninjau lokasi.
Untuk sementara, proses pembelajaran tetap berlangsung di lingkungan sekolah. Dua kelas terdampak kini menggunakan fasilitas musala dan perpustakaan hingga ruang belajar mereka kembali layak digunakan.
“Yang penting anak-anak tetap belajar. Kami berupaya agar tidak ada yang trauma dan kegiatan belajar tetap berjalan normal,” tandasnya.
Penulis: Rasyid
Editor : Usman Temposo