Beranda Pendidikan 7 Jurus Memutus Mata Rantai Perundungan di Sekolah: Strategi Efektif Ciptakan Lingkungan...

7 Jurus Memutus Mata Rantai Perundungan di Sekolah: Strategi Efektif Ciptakan Lingkungan Belajar Aman

Ilustrasi - foto istimewa BimaKini.com

PERUNDUNGAN (bullying) masih menjadi salah satu masalah serius di dunia pendidikan. Dampaknya tidak hanya merusak kesehatan mental korban, tetapi juga mengganggu proses belajar dan menciptakan iklim sekolah yang tidak kondusif. Untuk benar-benar menghentikan mata rantai perundungan di sekolah, dibutuhkan kerja sama seluruh pihak: guru, orang tua, siswa, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

1. Perkuat Edukasi Sejak Dini

Sekolah perlu memasukkan materi anti-bullying dalam kurikulum maupun kegiatan pengembangan diri. Edukasi ini harus menekankan nilai empati, toleransi, dan saling menghargai perbedaan. Semakin dini siswa dikenalkan tentang bahaya perundungan, semakin kuat pula kesadaran mereka untuk menghindarinya.

2. Bangun Budaya Sekolah yang Aman dan Inklusif

Budaya sekolah yang positif akan mengurangi ruang bagi perundungan. Guru dan staf harus menjadi teladan dengan menunjukkan perilaku saling menghormati. Kegiatan kelas pun dapat dirancang untuk memperkuat kebersamaan, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, hingga kegiatan seni yang mendorong ekspresi positif.

3. Tingkatkan Pengawasan dan Respons Cepat

Perundungan sering terjadi di area yang kurang pengawasan, seperti lapangan, kantin, atau koridor. Sekolah perlu memastikan area-area tersebut aman. Selain itu, setiap laporan bullying—kecil ataupun besar—harus ditanggapi dengan cepat dan profesional. Penanganan cepat akan menghentikan tindakan lanjutan dan memberikan rasa aman bagi korban.

4. Libatkan Orang Tua dalam Pencegahan

Komunikasi intens antara sekolah dan orang tua menjadi kunci. Orang tua perlu mengenal tanda-tanda anak menjadi korban atau pelaku bullying, seperti perubahan perilaku, menarik diri, atau agresif. Sekolah dapat menyelenggarakan seminar parenting yang fokus pada pencegahan perundungan.

5. Kembangkan Program Konseling dan Dukungan Psikologis

Konselor sekolah memegang peran penting dalam mendampingi siswa. Mereka bisa membantu korban agar pulih secara emosional dan memberikan pembinaan kepada pelaku agar tidak mengulangi tindakan serupa. Layanan konseling juga membuat siswa tahu bahwa mereka tidak sendirian dan ada pihak yang selalu siap membantu.

Baca Juga :  Dua Remaja Indonesia di Amerika Dianiaya Kelompok Rasis saat Tunggu Kereta

6. Sediakan Mekanisme Pelaporan yang Aman dan Rahasia

Siswa sering takut melapor karena khawatir mendapat balasan. Sekolah bisa menyediakan kotak pengaduan, kanal pelaporan digital, atau hotline internal yang menjamin kerahasiaan identitas pelapor. Dengan saluran yang jelas, siswa tidak akan ragu mencari bantuan.

7. Kampanyekan Gerakan Anti-Bullying Secara Konsisten

Kampanye tidak bisa hanya sekali dua kali. Sekolah dapat membuat pekan “Anti Perundungan”, poster edukatif, lomba kreativitas, hingga kolaborasi dengan psikolog atau lembaga perlindungan anak. Semakin sering pesan anti-bullying muncul, semakin kuat kesadaran seluruh warga sekolah.

 

Tim Redaksi