Beranda Pemerintahan 15 Ribu Keluarga di Kota Serang Masih Berisiko Stunting

15 Ribu Keluarga di Kota Serang Masih Berisiko Stunting

Penanganan stunting di 13 kecamatan Kota Tangerang

SERANG – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Serang mencatat sebanyak 15.960 keluarga di wilayahnya masuk dalam kategori berisiko stunting.

Angka tersebut berdasarkan hasil Pendataan Keluarga Tahun 2024 (PK24) yang dirilis pada Januari 2025.

“Kalau untuk data tahun ini belum ada, nanti hasilnya akan dirilis pada awal Januari 2026,” kata Kepala DP3AKB Kota Serang, Anton Gunawan, Rabu (29/10/2025).

Anton menjelaskan, angka tersebut mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tahun 2023 itu jumlahnya sekitar 24 ribu keluarga. Sekarang turun menjadi 15 ribuan. Jadi ada progres yang cukup baik,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa data keluarga berisiko stunting (KRS) berbeda dengan data kasus stunting yang dikelola oleh Dinas Kesehatan (Dinkes).

“Kalau dari Dinkes, kasus stunting kita ada di angka sekitar 600 anak. Sedangkan data yang kami sampaikan ini adalah keluarga yang berpotensi memiliki anak stunting jadi belum tentu stunting,” ujarnya.

Anton menambahkan, faktor penyebab keluarga masuk dalam kategori berisiko tidak hanya terkait kehamilan, tetapi juga kondisi lingkungan dan sanitasi.

“Misalnya tidak memiliki akses air bersih, atau masih melakukan buang air besar sembarangan, itu juga termasuk keluarga berisiko stunting,” ujarnya.

Dari seluruh wilayah di Kota Serang, Kecamatan Kasemen menjadi daerah dengan jumlah KRS tertinggi. Salah satu penyebabnya adalah kesulitan akses air bersih yang masih dihadapi sebagian warga.

Untuk menekan risiko agar tidak berkembang menjadi kasus stunting baru, DP3AKB terus menggencarkan edukasi melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang pola hidup sehat dan pola makan bergizi seimbang.

“Upaya paling efektif adalah edukasi. Kami rutin memberikan penyuluhan kepada calon pengantin di KUA agar memahami pentingnya usia matang untuk menikah, minimal 20 tahun, supaya kesiapan reproduksinya juga baik,” ujarnya.

Baca Juga :  Ati Berharap Ziswa Bisa Bantu Atasi Masalah Sosial di Cilegon

Selain edukasi, pihaknya juga berkolaborasi dengan Baznas dan dunia usaha untuk memberikan bantuan kepada keluarga berisiko stunting.

“Bentuk bantuannya berupa sembako seperti telur, beras, tempe, dan buah-buahan. Selain itu, penerima juga mendapatkan uang transport sebesar Rp50 ribu per orang dari Baznas,” ujarnya.

Anton berharap kolaborasi lintas sektor ini dapat mempercepat penurunan angka keluarga berisiko stunting di Kota Serang dan mencegah munculnya kasus baru di tahun-tahun mendatang.

Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd