Beranda Advertorial Yuk Wisata Gedung Tua Peninggalan Kolonial di Kota Serang

Yuk Wisata Gedung Tua Peninggalan Kolonial di Kota Serang

Gedung Osvia yang kini jadi Markas Polres Serang Kota. (Dok. Troppenmuseum)

Kota Serang punya banyak peninggalan  bersejarah. Di Ibukota Provinsi Banten ini ada peninggalan kerajaan Hindu di Banten Girang, peninggalan masa Kesultanan Banten di Kecamatan Kasemen hingga bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belanda dan Jepang di pusat kota.

Nina Lubis dalam bukunya berjudul Banten dalam Pergumulan Sejarah menyebutkan, pusat kota Serang dibangun setelah Kesultanan Banten dibumihanguskan penjajah Belanda dengan dibakarnya Keraton Surosowan oleh Gubernur Jendral Daendels pada 1808. Serang ditetapkan menjadi kawasan landrosambt (semacam pengawas) yang mencakup tiga daerah setingkat Kabupaten, yakni Banten Hulu, Banten Hilir, dan Anyer. Konon, dalam pembangunan kota ini, para penjajah memanfaatkan sisa bahan bangunan kesultanan Banten, seperti dari sisa-sisa Keraton Surosowan dan Kaibon. Para penjajah ini mengangkuti sisa bahan bangunan untuk kantor pemerintahan mereka di Serang.

Gedung Juang 45 Serang yang pernah dipakai sebagai Markas Kampetai. (Googleimages)

Penataan kota dan pembangunan gedung kolonial dimulai sejak Belanda menempatkan residen pertama J De Bruijn WD pada 1817. Hingga kini sisa-sia bangunan kolonial itu masih ada yang tersisa di sejumlah titik di Kota Serang. Walaupun tak sedikit yang sudah diratakan dan berganti dengan bangunan baru. Salah satu bangunan yang sudah hancur adalah bangunan milik Smitt Voss yang dijadikan mess tentara Jepang yang kini berganti menjadi pusat perbelanjaan. Hotel Voss itu direbut pejuang dan menjadi markas Tentara Pelajar, Tentara Putri, dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai cikal bakal TNI. Bangunan tersebut juga menjadi saksi gugurnya pahlawan-pahlawan Serang, seperti Zamachsyari, Kadir, pada pertempuran 19 Desember 1948. Di Hotel Voss pula untuk pertama kalinya Merah Putih dikibarkan di Tanah Banten sesaat setelah proklamasi kemerdekaan. Pengibarnya adalah Sri Sahuli dari Angkatan Pemuda Indonesia (API) Putri Serang.

Sedangkan bangunan yang tersisa kini sebagian besar dimanfaatkan untuk kantor-kantor pemerintahan. Bangunan tua itu didominasi di sekitar Alun-alun Serang, seperti kantor Residen Banten yang kini menjadi Museum Negeri Banten, pendopo Pemkab Serang, dan Gedung Joeang 45 yang dulunya merupakan markas kempetai.

Selain gedung-gedung megah berarsitek indis, gedung tua peninggalan Belanda di sekitar alun-alun juga bertebaran di kawasan kota lama Kaujon. Gedung tua juga tampak di sejumlah titik kota Serang lainnya, seperti Markas Korem Maulana Yusuf Banten (bangunan ini dulunya adalah Noormale School), dan Mapolres Serang Kota (dulu Gedung Osvia).

Bangunan peninggalan penjajah tersebut memiliki ciri khas berdinding tebal. Jendela dan pintu bangunan itu juga berukuran lebih lebar dan banyak dibandingkan rumah pribumi. Hal ini dibuat untuk memperlancar ventilasi dan sirkulasi udara ke dalam gedung. Gedung-gedung tua itu sangat disayangkan kalau hanya menjadi materi mati. Bangunan bersejarah yang dilindungi undang-undang sebagai benda cagar budaya itu sebenarnya bisa juga dimanfaatkan masyarakat luas menjadi salah satu objek wisata. Sehingga wisatawan yang datang ke Kota Serang tak hanya disuguhi keindahan alamnya, tapi juga diberi alternatif pilihan berwisata sejarah.

Dari gedung-gedung tua itu, wisatawan tak hanya dibuat kagum dengan arsitektur bangunan tua peninggalan kolonial yang tampak gagah, tapi juga bisa mendapatkan nukilan sejarah masa lalu Kota Serang. Namun tentu saja, tak mudah untuk mewujudkan bangunan tua itu sebagai salah satu tujuan wisata Kota Serang.

“Perlu ada sinergi dari semua pihak untuk memanfaatkan banguan tua itu bagi perkembangan wisata perkotaan,” ujar W Hari Pamungkas, Kepala Diskominfo Kota Serang.

Pemerintah harus gencar mempromosikannya kepada wisatawan dan melakukan pendataan bangunan tua berikut sejarah-sejarahnya. Dengan demikian, diharapkan semua pihak bisa terlibat untuk menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah. Dan generasi  mendatang tak kehilangan sejarah kotanya sendiri. (Adv/Diskominfo_kota_serang)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini