Beranda Peristiwa Warga Desa Bolang Keluhkan TPS Kiriman Sampah, Bau Menusuk Hingga Lalat Serbu...

Warga Desa Bolang Keluhkan TPS Kiriman Sampah, Bau Menusuk Hingga Lalat Serbu Rumah

Tumpukan sampah di TPS Katang Jetak, Lebak Wangi, Kabupaten Serang. (Istimewa)

KAB. SERANG – Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kampung Katang Jetak, Desa Bolang, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Serang, dikeluhkan warga. Lokasi TPS yang berada tak jauh dari permukiman membuat warga resah karena menimbulkan polusi udara dan serbuan lalat.

Warga juga mengkhawatirkan dampaknya terhadap kesehatan, terlebih sampah yang menumpuk disebut bukan berasal dari Desa Bolang, melainkan kiriman dari berbagai kecamatan.

Sulhah, warga Desa Bolang, mengatakan persoalan ini mulai dirasakan sejak TPS aktif sekitar tahun 2020 dan semakin masif pada tahun ini. Bau mirip limbah septik disebut kerap menyusup ke rumah warga pada malam dan pagi hari.

“Baunya menusuk. Warga sudah tidak betah. Ini bukan sampah kami, tapi kiriman dari banyak kecamatan,” ujar Sulhah, Sabtu (15/11/2025).

Ia menjelaskan, sebelum warga melakukan aksi protes pada Oktober lalu, aktivitas pembuangan sampah berlangsung hampir setiap waktu. Setelah aksi dilakukan, bau sempat berkurang, namun truk sampah tetap masuk pada malam hari. Bahkan, ia mengaku ada tekanan kepada warga yang menolak keberadaan TPS.

“Ada yang bilang kalau demo jangan keras-keras, nanti bisa celaka,” ucapnya.

Warga juga menduga sebagian sampah yang masuk bukan limbah rumah tangga. Mereka melihat barang-barang bekas elektronik serta material lain yang tidak dikenali masuk ke TPS.

“Kadang kita lihat ada barang-barang bekas timbangan, elektronik, dan macam-macam. Aromanya pun beda,” kata Sulhah.

Karena itu, warga berharap pemerintah desa, kecamatan, dan dinas terkait menutup TPS secara permanen. Lokasi TPS dinilai tidak layak karena terlalu dekat dengan permukiman.

“Kami hanya ingin lingkungan kembali asri seperti dulu. Udara segar, tidak bau, tidak banyak lalat. Itu saja,” ujarnya.

Baca Juga :  Derita Kanker Ganas Usai Vaksinasi, Anak 10 Tahun di Kabupaten Serang Butuh Bantuan

Sementara itu, Ketua RT Kampung Karang Jetak, Saekhi, membenarkan bahwa truk sampah kini kerap masuk pada tengah malam untuk menghindari pantauan warga.

“Setelah ada penolakan, mereka datang diam-diam. Biasanya lewat jam dua malam,” katanya.

Menurutnya, dampak TPS juga dirasakan hingga kampung lain seperti Ragas Pulau, Ragas Mesir, Bojong, hingga Onjong. Ia turut mengkritisi pernyataan Dinas Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Serang yang menyebut TPS berada jauh dari permukiman.

“Dados, kangge rekan-rekan media lamun nyooting kedahe ngambil sing jalan akses perkampungan, napik sing lokasi saos. Sementawis kuring ngobrol sareng pihak KLH, seolah-olah mereka niku gaduh alibi yén pembuangan sampah tebih ti perkampungan,” ujarnya.

Masalah dikatakan semakin parah saat musim hujan karena lalat masuk ke rumah warga dalam jumlah besar. Pada musim kemarau, asap pembakaran sampah membuat warga sesak napas.

“Siang malam dibakar. Pembakaran juga menambah sesak napas warga, terutama yang punya riwayat asma,” kata Saekhi.

Ia menegaskan, tidak pernah ada sosialisasi atau permintaan izin kepada warga sebelum TPS beroperasi. Warga juga tidak pernah menerima kompensasi.

“Kompensasi tidak ada. Izin juga tidak pernah diberikan. Tahu-tahu sampah numpuk,” ujarnya.

Meski keluhan telah berulang kali disampaikan, warga menilai belum ada langkah tegas dari camat maupun dinas lingkungan hidup. TPS disebut sebagai lokasi transit sementara, namun aktivitas pembuangan terus berjalan. Beberapa warga bahkan sudah mengeluarkan biaya pengobatan akibat gangguan pernapasan.

“Kalau punya BPJS Kesehatan mungkin aman. Tapi yang tidak punya harus bayar sendiri, bisa jutaan,” ucap Saekhi.

Penulis: Tb Moch. Ibnu Rushd
Editor: Gilang Fattah