Beranda Uncategorized Ulama Banten Tidak Kirim Santri untuk Aksi 211 di Jakarta

Ulama Banten Tidak Kirim Santri untuk Aksi 211 di Jakarta

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2018 dilaksanakan di Halaman Kantor Walikota Cilegon dengan menghadirkan peserta dari berbagai lapisan masyarakat seperti para pemimpin Pondok pesantren se-Kota Cilegon dan santri dan santriwati yang ada di Kota Cilegon dan lainnya, Senin (22/10/2018). (Foto: Usman/bantennews.co.id)

SERANG – Ketua Majlis Pesantren Salafiyah (MPS) Provinsi Banten, KH Matin Sarkowi mengimbau agar umat Islam di Banten tetap cerdas menyikapi persoalan dan mengutamakan akal sehat. Ia juga mengimbau agar umat Islam supaya tidak mudah terprovokasi agenda-agenda politis yang mengatasnamakan agama.

Menanggapi aksi bela 211 di Jakarta dengan mengusung tema “Aksi Bela Tauhid”, Matin Sarkowi menilai tidak relevan lagi. Dari MPS, Matin menyatakan tidak ada satupun yang berangkat ke Jakarta untuk ikut aksi 211. Ia menilai, politisasi agama selain dapat memecah belah umat akan berbahaya untuk persatuan umat dan taka sejalan dengan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

“Sejatinya kalimat tauhid itu adalah melekat pada setiap diri umat muslim. Kalau kalimat tauhid itu ikrarun bil lisan, tasdikun bil qolbi wa af’alun bil arkan. Diucapkan dengan lisan, ditanamkan dalam hati, kemudian dilaksanakan dengan perbuatan amal saleh. kalau sudah disimbolkan dalam bentuk bendera segala macam, itu sudah politis,” kata Matin Sarkowi melalui sambungan telpon, Jumat (2/11/2018).

Selain salah kaprah dan bernuansa politis, Matin juga menilai aksi-aksi tersebut seolah menjadi tanda kemunduran umat. Padahal, Islam dulu dikenal sebagai agama yang melahirkan ilmuan dan filsuf yang dijadikan referensi oleh dunia Barat hingga saat ini.

“Umat Islam jangan mau diajak begitu karena itu berarti kemunduran, harus berpikir maju ke depan. Padahal tantangan kehidupan umat manusia ini sejagat lebih kepada kemampuan menguasai teknologi. Bagaimana kemudian umat bisa maju berpikir, agar kehidupan berbangsa dan bernegara juga maju. Jangan umat disuruh berpikir yang itu-itu terus,” jelasnya.

Selain itu, aksi protes yang terus diulang-ulang mengenai pembakaran bendera HTI di Garut, menurut Matin, seolah meragukan legitimasi dan kesepakatan ijtima ulama pendiri bansa Indonesia.

“Logikanya ulama kita dulu itu hebat, lebih pintar dari (ulama) sekarang. Jangan menganggap ulama tempo dulu bodoh, kalau begini terus menganggap ulama-ulama dulu pendiri bangsa ini bodoh. Padahal bendera merah putih dan Pancasila itu hasil ijtihad para founding father kita yang mayoritas ulama. Itu meragukan legitimasi kesepakatan yang dibuat ulama dulu. Jangan ragukan kapasitas dan kualitas ulama dulu yang sudah menanamkan benih nasionalisme kepada kita,” tandasnya.

Mengenai pengibaran bendera berlambang agama apapun di ruang publik, jelas dia, akan sangat rawan di tengah kondisi yang sudah terkenal dengan keberagaman suku, ras, dan agama. Pancasila dan bendera merah putih, kata dia, merupakan bagian dari simbol keberagaman yang terangkum dalam NKRI.

“Islam itu mengajarkan kemaslahatan. Kita ciptakan kemaslahatan itu,” tandasnya. Imbas kegaduhan di tanah air, sambungnya, selain mengancam kesatuan NKRI juga berpengaruh kepada kondisi ekonomi bangsa.

Senada dengan KH Matin Sarkowi, pimpinan Pesantren Nurul Anwar yakni KH Ariman Anwar juga tidak memberangkatkan santri ke Jakarta. Ia berharap agar masyarakat Banten, khususnya umat Islam, tidak terpengaruh dengan aksi hari ini. “Kalau kita bernegara ini sudah jelas aturannya. Kita ikuti saja aturan yang sudah ada,” kata Ariman. (you/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini