Ketika puasa Ramadan, tubuh menjadi lebih mudah lemas. Akibatnya membuat kita rentan malas beraktivitas, dan berpengaruh pada produktivitas.
Rasa lemas bisa saja kita anggap karena lapar. Berpuasa di Indonesia artinya kita tidak makan dan minum selama kurang lebih 12 jam. Tapi bisa juga rasa lemas itu datang karena waktu tidur yang terpotong akibat harus bangun sahur.
dr Andreas Prasadja, RSPGT, seorang praktisi kesehatan tidur menimpali soal hal tersebut melalui akun Twitter-nya, @prasadja. Ia menyoroti soal pentingnya tidur yang sehat selama puasa.
“Coba deh, yg buat lemas saat puasa sebenarnya karena kurang asupan atau karena kurang tidur?” cuitnya, seperti dikutip dari detik.com.
dr Ade, sapaannya, mengatakan bahwa saat tidur tubuh dan otak kita tetap aktif, bahkan lebih aktif dibanding saat terjaga. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kemampuan otak.
“Tidur yg sehat akan menjamin terjaganya sistem metabolisme tubuh dan kemampuan otak. Sayang kan kalau saat #puasa gini produktivitas kita jadi menurun,” tulisnya.
Ia melanjutkan, otak yang kurang tidur bisa menyebabkan rasa rakus atau lapar. Sehingga kita akan cenderung mencari makanan yang rasanya asin, manis dan gurih, misalnya saat berbuka puasa. Oleh karena itu ia menganjurkan jika ingin berat badan stabil, tetap jaga kualitas tidur agar tidak rakus saat berbuka puasa. (Red)