PANDEGLANG – Tim Pengabdian studi Ilmu Perikanan,Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar pelatihan sekaligus pendampingan pembuatan garam garam beryodium dan garam rendam kaki di Desa Panimbangjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Pelatihan tersebut dilakukan bersama Kelompok Peduli Lingkungan Pesisir dan Mangrove (Kompaksi) pada Selasa (15/10/2024) kemarin. Tujuan pelatihan tersebut sekaligus memperkenalkan teknologi Smart Salt Tunnel untuk pembuatan garam agar lebih praktis. Tim pengabdian terdiri dari Adi Susanto, Dodi Hermawan, M. Ana Syabana, Tatang Sutisna dan Weksi Budiaji.
Ketua tim pengabdian, Adi Susanto mengatakan kebutuhan garam yang tinggi di Pandeglang diiringi dengan kualitas garam yang memadai dan bermutu baik. pengenalan teknologi smart salt tunnel menjadi yang pertama di Pandeglang serta diharapkan mendorong produksi garam berkualitas. Saat pelatihan pembuatan garam beryodium dan garam rendam kaki, seluruh bahan baku yang digunakan langsung berasal dari Desa Panimbangjaya.
“Diharapkan dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya produksi garam di pesisir Selat Sunda sebagai upaya penguatan ekonomi biru di masa mendatang. Kondisi airnya yang masih bagus dapat menghasilkan garam dengan kadar kemurnian yang tinggi,” kata Adi.
Pemilihan teknologi smart salt tunnel dianggap cocok bagi Kompaksi dalam memanfaatkan potensi lahan yang ada agar menghasilkan garam yang berkualitas. Penggunaan filter untuk menyaring air bahan baku garam menjadi inovasi baru yang belum pernah dilakukan pada produksi garam rakyat di Provinsi Banten.
“Pembuatan garam beryodium dapat dilakukan oleh kelompok dengan metode yang sederhana, yaitu melalui metode penyemprotan (spray) cairan KIO3 dengan konsentrasi tertentu pada garam kasar yang dihasilkan. Selanjutnya garam tersebut dikeringkan sebelum dikemas. Sementara itu, pembuatan garam rendam kaki dilakukan dengan menambahkan cairan (ekstrak) tanaman serai ke garam kasar yang dihasilkan,” kata anggota tim, Ana Syabana.
Diketahui, biasanya dalam satu siklus yang lamanya 4-6 minggu, satu tunnel sudah mampu menghasilkan 100-120 kilogram garam kasar. Agar nilai tambah garam kasar meningkat maka penggunaan smart salt tunnel diharapkan dapat membantu.
Selain mendapatkan pelatihan dan pendampingan pembuatan garam beryodium dan garam rendam kaki, Kompaksi diberikan pelatihan untuk menentukan harga jual produk. Selain untuk memenuhi kebutuhan warga Desa Panimbangjaya, wilayah pemasaran garam juga diupayakan bisa menjangkau berbagai wilayah melalui berbagai platform media sosial maupun e-commerce. Keterampilan yang sudah dimiliki oleh Kompakasi diharapkan dapat mengakselerasi tumbuhnya pusat ekonomi biru di Desa Panimbangjaya dengan pemanfaatan potensi produksi garam dan diversifikasi produk garam yang dihasilkan.
(Dra/red)