Beranda Bisnis Terus Merugi, PT Inalum Bakal Caplok PT KS?

Terus Merugi, PT Inalum Bakal Caplok PT KS?

Gedung PT Krakatau Steel di Jakarta - foto istimewa Tribunnews.com

CILEGON – PT Krakatau Steel (KS) dikabarkan bakal masuk dalam holding perusahaan tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah PT Inalum. Bergabungnya perusahaan baja dengan PT Inalum tersebut diduga karena perusahaan yang berproduksi di Kota Cilegon itu terus mengalami kerugian.

Jika rencana tersebut terlaksana, maka Inalum akan memiliki 4 anak usaha, yakni PT KS, PT Aneka Tambang (Antam), PT Timah (TINS) dan PT Bukit Asam (PTBA).

Terkait hal ini Dirut PT KS, Silmy Karim tidak membantah dan membenarkan. Dia menyatakan saat ini pihaknya sedang merestrukturisasi utang perusahaan.

“Kami lagi restrukturisasi utang KS yang sebesar Rp30 triliun. Mengenai Inalum tanyanya ke bu Menteri (BUMN-red) ya,” ujar Silmy dihubungi BantenNews.co.id, Selasa (9/4/2019).

Namun demikian menurut Head of Corporate Communication Inalum, Rendi Witular terkait rencana holding PT KS di bawah PT Inalum tersebut masih dalam kajian.

“Semua masih dalam kajian,” ujar Rendi Witular, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (8/4/2019).

Lalu bagaimana kondisi PT KS sekarang sebelum bergabung dengan Inalum? Bila melihat laporan keuangan 2018 dari KRAS, perusahaan baja ini masih menderita kerugian yang besar, meski turun dibandingkan dengan tahun lalu.

Rugi bersih KRAS senilai US$ 74,82 juta atau Rp1,05 triliun (kurs Rp14.00) menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.

Nah, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang. Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.

KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta.

Sebelumnya, Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan karena adanya kenaikan harga juga produk baja, dan perbaikan pasar. Rata-rata harga jual produk baja gulung panas (Hot Rolled Coil/HRC) meningkat 10,03% menjadi US$ 657 per ton, dan baja canai dingin (Cold Rolled Coil/CRC) naik 6,72% menjadi US$ 717 per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635 per ton. (Man/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disiniĀ