Beranda Peristiwa Tangis Pilu Warga Sukadana 1 Kota Serang Tolak Relokasi

Tangis Pilu Warga Sukadana 1 Kota Serang Tolak Relokasi

Isak tangis warga warnai eksekusi lahan pemukiman di Sukadan 1 Kasemen Kota Serang. (Adef/bantennews)

SERANG – Rabu 2 Juli 2025 pagi seharusnya menjadi awal aktivitas yang cerah bagi warga di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Namun, hal itu tak berlaku bagi warga Lingkungan Sukadana 1.

Mereka harus berjibaku menghalau petugas dari Pemerintah Kota (Pemkot) Serang dengan alat berat yang hendak membongkar rumah-rumah warga.

Baik pria dan wanita serta anak-anak tak terima jika rumah yang mereka tinggali harus rata dengan tanah. Bahkan, jeritan dan tangisan pilu mewarnai protes warga.

Warga juga menolak rencana relokasi yang akan dilakukan oleh Pemkot Serang. Bahkan, aksi yang memanas ini diwarnai blokade jalan dan pembakaran ban bekas.

Di tengah kerumunan massa yang memadati jalan utama, seorang wanita berhijab cokelat terlihat memeluk erat wanita lain berkaos merah.

Wajahnya yang basah oleh air mata menyoroti keputusasaan dan kemarahan. Dengan suara bergetar dan diselingi isak tangis, ia meluapkan kekecewaannya kepada aparat dan pemerintah.

“Lu kerja itu pakai duit, Pak! Kita sekolah pakai duit!,” teriaknya dengan nada tinggi, menunjuk ke arah petugas yang berjaga.

“Sekarang, lu kasih kita harapan, lu buang! Lu biarkan! Kerja dengan uang! Kerja pakai uang! Sedangkan rumah kita mau digusur, hah? Lu tidak lihat hah?,” letup amarah wanita itu.

Kutipan tersebut menjadi inti dari kemarahan warga Sukadana 1. Bagi mereka, rencana relokasi bukan hanya sekadar pemindahan fisik, tetapi juga ancaman terhadap mata pencaharian, pendidikan anak-anak, dan stabilitas hidup yang telah mereka bangun.

Frasa “Kerja pakai uang” yang diulang-ulang menegaskan setiap aspek kehidupan mereka membutuhkan biaya, dan penggusuran akan menghancurkan fondasi ekonomi keluarga.

Aksi protes ini sendiri berlangsung tegang. Warga membentangkan spanduk besar bertuliskan “Kami Menolak Relokasi” dan meneriakkan tuntutan agar Walikota Serang membatalkan rencana penggusuran pemukiman mereka.

Baca Juga :  Rawan Tumbang, Sejumlah Pohon Besar di Kota Serang Ditebang

Selain pembakaran ban, mereka juga menggantungkan kain-kain bernada protes sebagai bentuk perlawanan.

Tangisan dan teriakan protes dari wanita tersebut mewakili jeritan hati ratusan warga lainnya yang merasa terancam dan tidak didengar.

Mereka menuntut keadilan dan perlindungan atas hak-hak mereka untuk tetap tinggal di tanah yang telah menjadi rumah bagi generasi mereka. Situasi di Sukadana 1 masih terus dipantau, dengan harapan ada titik terang bagi nasib warga yang kini diliputi ketidakpastian.

Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News