Stop Stigma dan Deskriminasi pada Orang Dengan HIV

SERANG – Project Officer Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten, Arif Mulyawan melihat masih sering terjadi stigma dan deskriminasi pada Orang Dengan HIV AIDS (Odha) di lingkungan tenaga kesehatan, tempat kerja dan masyarakat umum.

Stigma dan deskriminasi itu terjadi karena ketidaktauan atau minimnya informasi yang didapat terkait penyakit HIV AIDS oleh tenaga kesehatan, tempat kerja dan masyarakat umum.

“Minim atau rendahnya pengetahuan tersebut berdampak pada kasus HIV/AIDS semakin lambat untuk diselesaikan, dikarenakan orang dengan HIV menutup diri statusnya, karena aib dan mitos, sehingga intervensi pengobatan pun sangat sulit, dan akan berdampak pada angka kematian yang cukup tinggi,”
Project Officer KPA Banten, Arif Mulyawan, Senin (16/11/2020).

Padahal, kata Arif, HIV/AIDS penyakit yang tidak mudah menularkan. Penularan HIV hanya melalui transmisi seksual atau hubungan seksual tanpa menggunakan kondom bagi usia produktif dan sebagai kelompok rentan atau berisiko tinggi.

“Dalam situasi saat itu yang harus dilakukan adalah secara bersama dan masif memutus mata rantai penularan dengan melakukan penjangkauan dan dirujuk ke layanan VCT (voluntary counselling and testing/konseling dan tes HIV) serta melakukan pendampingan dalam pengobatan ARV (antiretroviral), sehingga target program nasional dapat diselesaikan,” harapnya.

Ia menambahkan, selain penjangkauan dan pendampingan, intervensi pengetahuan tentang HIV/AIDS pun sangatlah penting untuk disampaikan pada kelompok sasaran tadi, dan hasil intervensi pengetahuan ini berdampak pada rendahnya bahkan tidak adanya permasalahan stigma dan deskriminasi.

“Terkait penularan lewat persalinan, ibu ke anak serta air susu ibu (ASI) sudah tidak lagi karena langsung diintervensi pengobatannya,”

(***)