PANDEGLANG – Calon Legislatif (Caleg) DPRD Pandeglang yang disebut menjadi pemicu diusirnya 2 keluarga di Kampung Tegal Jambu, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang oleh pemilik tanah karena beda pilihan akhirnya angkat bicara.
Caleg DPRD Pandeglang dari PKS, Dede Sumantri membantah jika pengusiran 2 keluarga oleh pemilik tanah dilatarbelakangi beda pilihan Caleg.
Kata dia, permasalahan sebenarnya yang melatarbelakangi itu adalah adanya masalah pribadi antara pemilik lahan dan warga yang menempati lahan tersebut.
Bahkan dirinya menganggap bahwa pmasalah tersebut hanya kurang komunikasi antara pemilik dan warga yang menempati bukan karena urusan politik atau beda pilihan Caleg.
“Ya itu sih hanya miskomunikasi saja antara yang punya tanah dan yang mengisi tanah (tinggal di lahan) itu cuman klimaksnya pas setelah pemilihan, tapi saya sudah panggil kedua belah pihak dan mereka sudah saling memaafkan serta itu jelas mist komunikasi,” kata Dede, Senin (19/2/2024).
“Udah 2 kali mereka kejadian seperti itu (diusir pemilik tanah), saya juga dapat infomasi dari tetangganya katanya itu masalah pribadi cuman sayangnya itu menyebut nama saya karena masyarakat tahu sifat saya enggak gitu dan saya pun tahu setelah kejadian tapi ini sudah beres,” sambungnya.
Ia memastikan bahwa permasalahan yang sempat viral tersebut sudah diselesaikan secara musyawarah dengan memanggil pemilik tanah, warga yang diusir, kepala desa dan beberapa unsur lain. Dari hasil musyawarah tersebut dapat dipastikan bahwa kedua belah pihak sudah saling memaafkan dan menerimanya.
“Itu sudah beres dan hanya mist komunikasi saja. Saya sudah panggil mereka jadi memang itu masalah pribadi bukan masalah Pileg, cuman memang klimaksnya setelah Pileg,” tegasnya.
Menurut Dede, sebelum kejadian pengusiran yang dilakukan oleh pemilik lahan, kedua keluarga tersebut memang sudah berencana pindah dari lahan yang mereka tempati namun warga tersebut masih menunggu waktu yang pas untuk pindah karena masih ada beberapa urusan yang belum selesai.
“Mereka memang sudah niat pindah, yang satu sudah membangun rumah dan yang satu sedang membeli tanah. Cuman itu klimaks karena sedang marah dan baper (kebawa perasaan),” terangnya.
Bahkan dirinya sudah menekankan pada semua tim sukses dan relawan agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika memang ada warga yang tidak mau memberikan suaranya pada dia. Penekanan itu sudah dia lakukan jauh sebelum masa pencoblosan.
“Saya sudah sampaikan kepada semua tim sukses dan relawan bahwa beda pilihan itu menjadi sebuah kepastian dalam proses demokrasi dan kita harus saling menghargai jangan sampai gara-gara pemilihan persaudaraan kita hilang terus jadi bermasalah karena pemilihan hanya 1 kali dalam 5 tahun tapi kekeluargaan itu tetap berjalan. Saya sudah ngomong pada mereka, berapapun suara saya di lapangan itu sudah jadi bagian dari takdir saya,” tutupnya. (Med/Red)