Beranda Peristiwa Sempat Dibuang, Kini Patung Sultan Ageng Tirtayasa Berdiri Kokoh di Sultan Center

Sempat Dibuang, Kini Patung Sultan Ageng Tirtayasa Berdiri Kokoh di Sultan Center

Patung Sultan Ageng Tirtayasa kini dipasang di Sultan Center, Kelurahan Banjarsari, Cipocokjaya, Kota Serang

SERANG – Patung Sultan Ageng Tirtayasa kini dipasang di Sultan Center, Kelurahan Banjarsari, Cipocokjaya, Kota Serang. Patung itu pada 2003 dibongkar Pemkab Serang dan sempat telantar terbuang di pinggir jalan.

Bonnie Triyana, sejarawan asal Banten menyebut bahwa kehadiran patung Sultan Ageng Tirtayasa menunjukkan bahwa Banten memiliki banyak narasi sejarah yang bisa digali menjadi destinasi pengetahuan dan wisata masyarakat. Karena itu, pemerintah bersama-sama masyarakat harus peka dan mau mencari narasi budaya itu.

“Misalnya, ada narasi Multatuli di Rangkasbitung. Kemudian, di Anyer juga ada sejarah dunia yang bisa dijadikan narasi, yaitu tempat pertama tokoh terkenal Deandles mendarat di Indonesia,” ujar Bonnie yang juga Founder majalah sejarah Historia itu saat menjadi pembicara dalam peresmian Sultan Center, Rabu (22/5/2019).

Bonnie yang juga menjadi salah satu kurator museum di Belanda mengatakan, dengan narasi yang terkenal dan mendunia itu bisa menarik orang untuk datang. Sosok Sultan Ageng Tirtayasa, misalnya, bisa dikembangkan karena sangat terkenal di Indonesia.

“Dengan demikian, orang bisa tertarik dan mau berkunjung ke Banten,” ujar Bonnie. Dia lalu mencontohkan Musuem Multatuli yang mendapatkan perhatian luas, bukan hanya di Indonesia, namun juga di masyarakat internasional.

Hal itu terjadi karena narasi tentang Multatuli cukup kuat. Dengan bangunan narasi tersebut akan terbentuk ekosistem budaya yang memiliki dampak ekonomi terhadap warga di sekelilingnya.

Bonnie menambahkan, ribuan benda bersejarah Indonesia yang memiliki narasi itu dijarah oleh Belanda saat mereka menjajah Indonesia “Saat dulu ke Banten. mereka hancurkan, mengambil sesuatu, kemudian pergi ke Aceh, Banjarmasin, dan Lombok. Mereka selalu melakukan ekspedisi militer. Setelah kalah, mereka ambil dan simpan di Belanda. Jumlahnya ribuan,” kata Bonnie.

Dikatakan, saat ini Belanda ingin mengembaliklan benda-benda jarahan kepada Indonesia. “Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi. Pemerintah Indonesia sudah menyampaikan tidak ingin asal dikembalikan, namun harus ada penelitian dan riset-riset sehingga menghasilkan narasi,” katanya.

Budayawan Jodhi Yudhono mengatakan, pendirian patung Sultan Ageng Tirtayasa bisa menggerakkan ruang dan waktu, khususnya masyarakat di sekitarnya. “Ciri orang yang kreatif dan berbudaya adalah karyanya menggerakan ruang dan waktu. Pendirian patung ini, saya yakin bisa menggerakkan ruang dan waktu itu,” kata Jodhi.

Keberadaan patung Sultan Ageng Tirtayasa merupakan inisiatif Aji Bahroji, salah seorang praktisi komunikasi asal Banten. Aji mengatakan, tujuannya mendirikan patung itu untuk mengambil semangat dan kegigihan Sultan Ageng.

“Ini sebenarnya adalah cara kami memupuk rasa semangat dan perjuangan Sultan Ageng dalam membela masyarakat. Mungkin, cara perjuangannya berbeda. Saat ini kita dengan kreativitas dan perusahaan kami juga namanya SultanComm,” jelas Aji.

Dikatakan, semula patung itu berada di tengah-tengah kota. Pada 2003, patung pahlawan nasional tersebut dirobohkan oleh pemerintah daerah. “Setelah hampir 16 tahun kemudian puing -puingnya (tinggal badannya) teronggok dipinggir sungai dan ditemukan oleh wartawan dan teman-teman. Akhirnya, saya putuskan untuk dibawa ke sini,” kata Aji. (Ink/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini