Beranda Pemerintahan Rumah Dinas Walikota Tangsel Telan Rp9,4 Miliar, Tetangganya Justru Reyot

Rumah Dinas Walikota Tangsel Telan Rp9,4 Miliar, Tetangganya Justru Reyot

Proses pembangunan Rumah Dinas Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) - (Foto Ihya Ulumuddin/BantenNews.co.id)

TANGSEL – Pembangunan Rumah Dinas Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) yang terletak di Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong, kini hampir rampung.

Pantauan awak media di lapangan, rumah tersebut terlihat mewah dan besar. Jika sudah rampung, dipastikan rumah itu akan terlihat megah dengan kolam renang di halaman belakang. Bahan-bahan material seperti batu bata, genteng, semen, dan lainnya, dipilih dengan kualitas yang bagus.

Di dalamnya tampak beberapa ruangan seperti ruang tamu, ruang makan, ruang rapat, kamar utama, dapur, ruang ajudan dan kamar anak dengan kusen pintu setinggi hampir 2,5 meter telah terpasang rapi.

Menurut Arvin, selaku wakil pelaksana perusahaan pemenang tender PT. Ramai Jaya, pihaknya telah melaksanakan pekerjaan rumah dinas Walikota Tangsel sekitar 55 persen.

“Pertengahan bulan November pekerjaan rumah dinas Walikota harus selesai, dan bulan Desember mungkin bisa langsung ditempati. Bulan November akhir kami harus serah terima dulu,” kata Arvin di kawasan BSD, Selasa (8/10/2019).

Namun ironisnya, Pemkot Tangsel seakan lebih mementingkan pembangunan rumah dinas yang megah itu dengan anggaran APBD sebesar Rp9,4 miliar, dibandingkan membangun rumah-rumah warga yang sudah tak layak huni yang ada di sekitaranya.

Kasus-kasus terdahulu terkait rumah reyot tak layak huni seperti yang ditempati janda Yekah, serta beberapa rumah di kawasan PTPN, Kelurahan Cilenggang, Kecamatan Serpong, yang meski sudah diberitakan sampai saat ini belum juga ditindak lanjuti.

Selain itu, BantenNews.co.id menemukan rumah tak layak huni lainnya milik nenek Nantin (65), letaknya berada di Kampung Buaran, RT03 RW07, Serpong, Tangsel. Di sana, dia hanya tinggal seorang diri. Manakala hujan datang, Nantin harus mengungsi ke rumah tetangga, lantaran curah air hujan tak mampu dibendung oleh atap rumahnya yang tak utuh dan rusak.

“Atapnya udah nggak ada, pada rusak, jadi pakai seadanya aja. Kalau hujan ya ngungsi ke tetangga dulu,” ujar nenek Nantin saat ditemui awak media di kediamannya.

Bangunan reyot rumah nenek Nantin hanya terbuat dari susunan batang bambu dengan sedikit tembok dinding. Banyak sisinya ditutupi terpal dan kain bekas. Kondisi memprihatinkan itu, mau tak mau harus dirasakan mengingat profesinya hanyalah sebatas tukang sapu jalan di Taman Kota 2, Taman Tekno, Serpong.

“Setiap hari nyapuin jalan di taman kota 2. Bayarannya Rp180 ribu perminggu,” lirihnya. (Ihy/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disiniĀ