Beranda Kesehatan Rasa Bersyukur Ternyata Resep Panjang Umur

Rasa Bersyukur Ternyata Resep Panjang Umur

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times

Sejak kecil orangtua kita selalu mengajarkan untuk bersyukur, dimulai dari kebiasaan mengucap “terima kasih” ketika mendapat sesuatu atau bantuan.

Teman yang baik, keluarga, rumah, dan kebaikan orang lain adalah sebagian dari nikmat yang perlu kita syukuri setiap hari.

Kini para ilmuwan menemukan bahwa rasa syukur bisa meningkatkan kesehatan mental dan fisik.

“Perasaan bersyukur setiap hari seperti vitamin bagi tubuh,” kata profesor psikologi David Desteno, PhD, dari Universitas Boston, Amerika Serikat seperti dilansir kompas.com.

Destono tidak hiperbolik. Penelitian membuktikan kaitan erat antara orang yang selalu bersyukur dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan kualitas tidur, dan masih banyak lagi.

Penelitian selama 15 tahun yang dilakukan profesor psikologi Robert Emmons menunjukkan hal tersebut.

Dalam satu penelitiannya, ia meminta sekelompok partisipan studi untuk menuliskan 5 hal yang mereka syukuri seminggu sekali selama 10 minggu.

Hal-hal “sederhana” seperti; sinar matahari yang hangat, menjadi seorang kakek, ataupun mendapat uang tambahan, merupakan ungkapan syukur yang dicatat para partisipan.

Di akhir penelitian, orang yang rajin menuliskan hal yang disyukuri merasa tingkat kebahagiaannya naik 25 persen.

Bukan hanya itu, perasaan syukur atas kehidupan yang dimiliki juga mendorong mereka untuk menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara rutin berolahraga. Keluhan fisik akibat gangguan kesehatan pun berkurang.

Penelitian lain yang dimuat di Journal of Health Psychology juga menunjukkan, perasaan syukur membuat para partisipan tidur lebih nyenyak dan tekanan darahnya turun.

Kondisi waspada

Selain kaitan erat antara tubuh dan pikiran, ternyata ada penjelasan mengapa perasaan bersyukur menyehatkan.

Ketika kita merasa tegang dan kelelahan, entah karena tenggat pekerjaan atau masalah keluarga, sistem saraf kita akan berada dalam kondisi waspada.

Kondisi itu juga membuat hormon kortisol membanjiri tubuh yang akhirnya memicu gangguan kesehatan. Misalnya saja tekanan darah naik, susah fokus, hingga inflamasi.

Sebaliknya, ketika kita merasa bersyukur dan tenang, otak akan mengirimkan sinyal pada tubuh bahwa semuanya “terkendali”.

Sebenarnya tak sulit untuk bersyukur. Kita bisa mengusahakannya.

“Rasa syukur adalah pilihan, dan kita bisa menciptakannya pada momen apa pun yang terjadi. Lama-lama, hal itu menjadi otomatis,” kata Emmons.

Ia menambahkan, kita jangan hanya membuat daftar hal yang disyukuri, tetapi renungkan juga alasannya secara spesifik.

Jadi, sudahkah kamu bersyukur hari ini?.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini