Beranda Pendidikan Puluhan Siswa SD di Lebak Pindah Belajar ke Perpustakaan Diduga Dampak Tol...

Puluhan Siswa SD di Lebak Pindah Belajar ke Perpustakaan Diduga Dampak Tol Serpan

Suheri saat berada di jalan yang sering dilalui oleh kendaraan proyek Tol Serpan. (foto: Sandi)

LEBAK- Sebanyak 34 siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, harus mengosongkan ruang kelasnya, karena kegiatan belajar mengajar terganggu oleh aktivitas pekerjaan jalan Tol Serang-Panimbang.

Kepala sekolah SD Negeri 1 Bojongleles, Suheri mengatakan, pindahnya siswa kelas 5 ke ruang perpustakaan tersebut lantaran di depan ruang kelas mereka terdapat jalan yang sering dilalui kendaraan proyek jalan tol.

“Ruang kelas 5 itu posisinya pas di pinggir jalan. Jadi setiap harinya selalu dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar proyek jalan Tol,” kata Suheri saat ditemui diruang kerjanya, Jumat (7/10/2022).

Ia menjelaskan, aktivitas kendaraan proyek itu sangatlah membahayakan para muridnya. Sebab, jika jam istirahat para murid sering bermain diluar kelas, dan di khawatirkan kendaraan proyek terguling menimpa ruang kelas yang diakibatkan jalan yang dilalui oleh kendaraan becek dan bergelombang.

“Selain berbahaya, lalu lalang kendaraan proyek itu sangat mengganggu aktivitas kegiatan belajar, karena menimbulkan suara bising. Bahkan jika ada mobil yang membawa paku bumi, kadang kerasa getarannya. Jadi siswa dan guru pada nggak nyaman,” ujarnya

Ia mengungkapkan, sebelumnya pihak sekolah telah didatangi oleh pihak PT Wika sebagai pelaksana pembangun proyek Tol Serang-Panimbang. Mereka meminta pihak sekolah untuk memberikan izin untuk menggunakan jalan poros desa itu sebagai jalan untuk dilintasi kendaraan proyek. PT Wika pun membuat berita acara persetujuan pemakaian lahan untuk akses proyek dengan pihak sekolah dengan memberikan kompensasi sebesar Rp 500 ribu kepada pihak sekolah.

“Dalam berita acara yang dibuat pada 15 Juni 2022 itu tertulis bahwa PT Wika telah membuat surat pernyataan untuk bisa menggunakan jalan tersebut sebagai akses kendaraan proyek. Dan pihak sekolah pun mengizinkannya, dengan syarat pihak kontraktor harus membuat turap dan memperbaiki jalan tersebut.

“Saya nggak tau bakal kaya gini, soalnya dulu bilangnya kalau yang lewat itu hanya kendaraan kecil saja. Tapi sekarang kok ada mobil yang bawa paku bumi segala macam. Tau kayak gini mah saya nggak bakal tanda tangan berita acara atau memberikan izin itu, uang Rp 500 ribu yang katanya sebagai biaya kerahiman juga masih saya simpan, nggak saya gunakan sama sekali, ” ungkapnya.

Ia menambahkan, sebelumnya pihaknya sudah mengirimkan surat kepada pihak PT Wika untuk membangun turap di sisi jalan yang digunakan untuk akses keluar masuk kendaraan proyek. Karena selain menyebabkan gangguan, kerusakan jalan akibat aktivitas kendaraan proyek itu juga kerap menyebabkan banjir dari jalan turun ke sekolah.

“Kita sudah ajukan proposal dan langsung ditinjau sama pihak PT Wika tapi katanya turap bakal dibangun jika proyeknya selesai. Ya kita nggak bisa berbuat banyak, sekarang kita cuma berharap adanya solusi pasti. Karena kasihan para anak harus sempit-sempitan belajar di ruang perpusatakaan,” ucapnya.

Sementara itu, Gilang salah seorang siswa kelas 5 mengatakan, jika dirinya bersama teman sekelasnya merasa terganggu dengan kendaraan proyek yang besar-besar melintasi jalan didepan kelasnya. Bahkan, dengan pindahnya ke ruang perpustakaan juga membuat kegiatan belajar sangatlah tidak nyaman, karena ruangannya yang sempit.

“Gak nyaman kalau harus belajar di ruang perpustakaan, tempatnya sempit. Saya kepengen balik lagi ke kelas yang lama,” ucapnya. (San/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini