Beranda Peristiwa Perjalanan Elizabeth Jelang Letusan Krakatau

Perjalanan Elizabeth Jelang Letusan Krakatau

Gunung Anak Krakatau - foto istimewa gondeztour.com

SERANG – Tiga bulan sebelum Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883, sebuah kapal pesiar Elizabeth mengumumkan rencana perjalanan wisata ke Gunung Krakatau. Pengumuman ini disambut para bangsawan Eropa yang ada di Batavia, Bogor, dan Jawa Tengah untuk menyaksikan fenomena alam gunung yang berada di Selat Sunda tersebut. Sebanyak 86 tiket seharga 25 guilder langsung habis untuk keberangkatan wisata yang berlangsung pada 26 Mei 1883 tersebut.

Ketertarikkan para turis asing ini karena keingintahuan mereka pada Gunung Krakatau. Diketahui, sebelum kapal wisata tersebut berlayar, Krakatau sudah mengalami 2 kali letusan yang cukup dahsyat sepanjang Mei 1883.

Pada 9 Mei 1883, atau 17 hari sebelum perjalanan wisata tersebut, Krakatau mengeluarkan letusan yang maha dahsyat. Bahkan getarannya hingga terasa menggoyangkan mercusuar yang ada di tepi Pantai Anyer. Seorang petugas pemantau saat itu mengabarkan, bahwa kepulan asap dan debu yang keluar dari Krakatau mencapai 11.000 meter.

Letusan ini berlanjut hingga sepekan sebelum keberangkatan Elizabeth. Seorang pendeta yang sedang berlayar melintasi Selat Sunda menyaksikan letusan itu dan mencatatkan kejadian ini dengan sebuah prosa menarik. Pendeta itu mendefinisikan kepulan asap disertai debu yang keluar dari Krakatau saat itu bagaikan bunga kol yang menggumpal di sebuah puncak pegunungan yang hijau.

Dua peristiwa yang berlangsung sepanjang Mei tersebut ternyata menjadi daya tarik orang-orang untuk mengunjungi Krakatau. Walau tak sempat melepas sauh hingga ke tepi Krakatu, Elizabeth menyediakan perahu kecil bagi wisatawan yang hendak menjejakkan kakinya ke tanah Krakatau. Kisah perjalanan Elizabeth membawa para pelancong ini ditulis Simon Winchester melalui bukunya ‘Krakatau, Ketika Dunia Meledak, 27 Agustus 1883’.

Saat ini, dalam dua pekan terakhir, Gunung Anak Krakatau yang merupakan pecahan dari Gunung Krakatau menunjukkan geliat aktivitasnya. Berdasarkan hasil pengamatan di Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau pasa 3 Juli 2018, tingkat aktivitas Anak Krakatau berada pada level II (waspada). Jumlah letusan gunung setinggi 305mdpl itu mencapai 83, amplitudo : 32-58 mm, dan durasi : 28-75 detik. Vulkanik dangkal sejumlah 47, amplitudo : 3-14 mm, durasi : 6-14 detik. Sementara vulkanik dalam sebanyak 5, amplitudo : 30-37 mm, S-P : 1.1-3.5 detik, durasi : 15-20 detik.

Geliat aktivitas Gunung Anak Krakatau ini tentu bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan fenomena alam. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan rekomendasi agar masyarakat menyaksikannya dalam batas aman. Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 1 KM dari kawah.

Hardomo, Dewan Pembina Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Serang, yakin fenomena alam di Gunung Anak Krakatau tidak berdampak pada jumlah kunjungan wisata di Anyer-Cinangka. Bahkan bisa jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Erupsi tersebut menjadi sebuah atraksi. Jika cuaca bagus, erupsi tersebut akan terlihat indah dan menarik.

Hardomo menyatakan bahwa saat ini belum ada wisatawan yang membatalkan pemesanan hotel karena adanya gelat aktivitas Gunung Anak Krakatau.

”Sejauh ini enggak ada pengaruhnya. Enggak ada yang komplain dan telepon tanya Anyer bahaya enggak, kan biasanya orang gitu kalau ada berita gitu langsung tanya aman enggak di sana, ini mah enggak ada,” ujarnya. (ink/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini