Beranda Uncategorized Pengurus Sekolah Khusus Al-khairiyah Keberatan Tunagrahita Disamakan dengan Orang Gila

Pengurus Sekolah Khusus Al-khairiyah Keberatan Tunagrahita Disamakan dengan Orang Gila

Para penyandang Tunagrahita di Sekolah Khusus Al-khairiyah Cilegon (baju seragam sekolah). Mereka masuk DPT Pemilu 2019. (Usman/bantennews)

CILEGON – Pengurus Sekolah Khusus Al-khairiyah keberatan jika penyandang Tunagrahita disamakan dengan orang gila. Sebab, Tunagrahita adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual dan memiliki kapasitas intelektual (IQ) di bawah 70. Jadi Tunagrahita bukanlah orang gila.

Wakasek Kesiswaan Sekolah Khusus Al-khairiyah, Euis Mintarsih menegaskan bahwa Tunagrahita sangat berbeda dengan orang gila.

“Kalau orang gila itu jiwanya yang terganggu. Kalau Tunagrahita memang IQ-nya yang berada di bawah 70. Mereka memang dengan suatu hal tidak mengerti, namun dengan layanan pendidikan khusus akhirnya dia mengerti,” ujarnya seraya menyatakan penanganannya oleh guru Pendidikan Khusus dan Psikolog.

“Kalau orang gila kan namanya sendiri saja tidak mengerti, alamat tidak tahu Dan ditangani oleh psikiater. Kalau Tunagrahita ini nama mereka tahu, siapa calon di Pilpres 2019 juga tahu, dan dia punya pilihan,” katanya menambahkan, Senin (26/11/2018).

Dia mengaku sangat keberatan jika para penyandang Tunagrahita disamakan dengan orang gila. Sebab, sangat jauh berbeda.

“Banyak yang salah persepsi tentang Tunagrahita, tentunya ini menyinggung kami selaku praktisi pendidikan khusus dan orangtua juga,” tandasnya.

Dia menuturkan bahwa para penyandang Tunagrahita semakin dilatih dan dibina mereka akan semakin mengerti dengan suatu hal.

“Kalau orang gila yang berada di jalan kadar kemampuannya terus menurun, walaupun dilatih. Sebab mereka yang terganggu adalah jiwanya,” paparnya.

Dia mengungkapkan di Sekolah Khusus Al-khairiyah ada sekitar 10 penyandang Tunagrahita yang sudah memasuki usia pemilih. Kata dia, bahkan ada alumni penyandang tunagrahita yang sudah mengikuti beberapa kali pemilu dan pihaknya berusaha untuk memantau mereka

“Mereka juga mendapat sosialisasi tentang pemilu, ikut menyoblos bagi yang sudah mempunyai hak pilih Jadi pemilu bukan hal yang baru. Dari dulu sudah terlibat bukan hanya kepada Tunagrahita saja, tapi kepada para penyandang disabilitas lainnya,” terangnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak salah persepsi dan salah mengartikan penyandang Tunagrahita. Sebab, Tunagrahita bukanlah orang gila.

“Mohon kepada masyarakat tidak mengolok-ngolok penyandang Tunagrahita dengan menyamakan mereka dengan orang gila. Tunagrahita juga bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai hak yang sama sebagai warga negara,” imbuhnya.

Sementara Bagian Kurikulum Sekolah Khusus Al-khairiyah, Mabruroh menambahkan bahwa dengan dilibatkannya penyandang Tunagrahita pada Pemilu 2019 tentu hal tersebut sangat baik. Sebab, hak demokrasi para penyandang Tunagrahita terlindungi.

“Mereka juga sama dengan kita berhak memilih dan mengikuti pemilu. Sebab, mereka juga sama sebagai warga negara yang mempunyai hak demokrasi,” ujarnya. (Man/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini