Beranda Opini Pengaruh ‘Pamali’ Dalam Pembentukan Karakter dan Moralitas Anak

Pengaruh ‘Pamali’ Dalam Pembentukan Karakter dan Moralitas Anak

Ilustrasi - foto istimewa Apakabar Online

Oleh : Sitti Maesaroh, Mahasiswi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang

 

Masih ingatkah kita pada perkataan orang tua zaman dulu? Rasanya banyak sekali pantangan atau larangan yang harus kita hindari, apalagi ketika kita masih berusia kanak-kanak, rasanya takut sekali bila melanggar pantangan dari perkataan orang tua. Kita mengenal pantangan tersebut dengan kata Pamali.

Pamali adalah pantangan atau larangan yang tidak boleh dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, jika melanggar akan mendatangkan malapetaka. Itu lah yang dipercayai oleh orang tua jaman dulu, bahkan hingga saat ini masih banyak yang menggunakan pamali tersebut, khususnya di daerah Jawa Barat yang bersuku sunda.

Walaupun bila difikirkan memang tidak masuk akal apa-apa yang menjadi pantangan tersebut, namun Sebagian besar dapat dibuktikan, seperti halnya pantang duduk di depan pintu, biasanya orang tua zaman dulu mengatakannya kepada anak-anak gadis, dengan dalih “Nanti jodohnya balik lagi.” Padahal kenyataannya bila dilihat dari segi kesopanan, siapapun yang duduk di pintu telah menghalangi jalan, rasanya tidak sopan sekali mengganggu lalu lalang orang, apalagi bila dilakukan oleh seorang gadis. Maka satu contoh pamali tersebut telah membuat anak gadis sejak kecil untuk menerapkan larangan tersebut, sehingga terbentuk lah karakter kesopanan pada anak.

Bila difikirkan kembali, keberadaan pamali tidak terlepas dari adat yang telah membudaya, yang berasal jauh dari nenek moyang, sebagai salah satu peraturan dalam menjalani kehidupan, dan masih dipegang teguh oleh Sebagian masyarakat yang mempercayainya, terlepas banyak pula yang sudah tidak mempercayainya. Padahal keberadaannya tidak mengganggu siapa pun, bila ditelaah lebih dalam, ada benarnya perkataan-perkataan yang mengandung larangan dari orang tua zaman dahulu.

Anak-anak yang mendengar kata pamali yang dapat menyebabkan malapetaka akan merasa takut, sehingga dapat membentuk pola fikir agar tidak melanggar orang tua, tanpa disadari anak tersebut akan patuh pada perkataan orang tua, dan dapat membentuk moralitas yang baik hubungan antara anak dan orang tua, antara anak dan lingkungan, antara anak dan Tuhan.

Contoh lain dari pamali yang pernah menjadi larangan bagi anak adalah “Jangan keluar rumah saat maghrib, nanti diculik setan atau makhluk halus.” Memang di Zaman sekarang hal ini sudah tidak berpengaruh, selain karena keadaan lingkungan yang mulai ramai, juga perkembangan teknologi yang semakin maju membuat siapa pun seolah hampir melupakan larangan tersebut.

Padahal pada kenyataannya, orangtua pada masa itu melarang anaknya jangan keluar rumah ketika maghrib, karena waktu maghrib adalah pergantian siang dan malam, terlepas dari benar atau tidaknya keberadaan makhluk halus di waktu maghrib itu, orangtua menginginkan agar anaknya berdiam diri di rumah untuk beribadah.

Hal ini dapat membentuk karakteristik anak agar menjadi pribadi yang taat beribadah dan memiliki moralitas baik, serta hubungan yang baik dengan Tuhannya.

Ada banyak sekali larangan atau pamali yang tersebar pada masyarakat kita ini, yang sebetulnya tercipta karena sebab dan akibat. Beberapa lain diantaranya : kalau makan nasi harus dihabiskan, nanti nasinya nangis! Padahal pamali tersebut memiliki sebab akibat, sebagai larangan agar kita menghormati rezeki yang sudah diberikan oleh Tuhan, jangan sampai menyia-nyiakan karena di luar sana, masih banyak sekali orang yang membutuhkan.

Terlepas dari mitos-mitos yang ada, pamali dalam masyarakat sunda sebetulnya memiliki makna penuh dengan kehati-hatian, kewaspadaan, saling menghormati, dan penuh antisipasi yang sesuai dengan waktu dan tempatnya. Pamali yang diturunkan oleh leluhur orang sunda sebenarnya dapat dijelaskan dengan logika, dan berdasarkan hukum sebab-akibat.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini