Beranda Opini Pendidikan Tinggi Tidak Menjamin Orang Menjadi Jujur

Pendidikan Tinggi Tidak Menjamin Orang Menjadi Jujur

Ilustrasi - foto istimewa tribunnews.com

Oleh : Nurjanah, Mahasiswi Prodi Sekretari Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

 

Setinggi apapun pendidikan sehingga mendapat gelar, belum menjamin menjadi orang yang jujur dalam berbuat dan bertutur kata. Ada beberapa pejabat  yang bergelar sarjana bahkan doktor yang diamanahkan menjalankan tugas negara, tertangkap Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dan berakhir di jeruji besi.

Pendidikan tinggi belum sepenuhnya mengubah perilaku seseorang  menjadi jujur. Memperturutkan napsu dunia yang tak pernah habisnya dalam mendapatkan tahta dan harta, mendorong manusia untuk tidak jujur agar mendapatkan apa yang diinginkan.

Pola pendidikan di saat ini jangan hanya berorientasi pada intelektual saja, namun juga unsur rohani, spiritual dan hati. Jika orang hanya cerdas saja, tapi diiringi dengan kecerdasan spiritual, maka kecerdasannya bisa jadi ketika diamanahkan, justru mengambil hak negara, hak orang lain dan menjadi ladang untuk memperkaya kepentingan pribadinya saja atau golongannya saja.

Kepintaran seseorang tidak menjamin bahwa apa yang dilakukan dan diucapkannya benar. Kecerdasan yang dimilikinya bisa jadi untuk memperbodoh dan memperalat seseorang untuk memenuhi syawat dunianya saja.

Hanya di Indonesia saja mantan narapidana korupsi masih bisa dijadikan pemimpin sebuah instansi atau wakil rakyat. Hanya di Indonesia seorang yang tidak jujur dalam berbuat asusila hingga video syurnya tersebar di masyarakat, namun bisa wara-wiri kembali siaran di televisi tanpa ada rasa malu.

Di negara lain, jika ada seseorang yang sudah di blask list karena korupsi, berbuat asusila dan kejahatan lainnya, maka orang tersebut akan menarik diri, menyesali, dan meminta maaf akan perbuatannya. Rasa malu disertai dengan pengakuan dan kejujurannya karena berbuat hal demikian, maka ia mampu mempertanggung jawabkan segala perilakunya dan menarik diri dari lingkungannya.

Pendidikan karakter menjadi hal yang penting, di tengah carut-marut perbuatan yang dipertontonkan karena ketidakjujuran dalam mengembangkan amanah dan tanggung jawab. Tidak hanya cukup pintar, tapi mempunyai akhlak mulia, karakter pancasila dan nilai-nilai kebangsaan dalam dirinya.

Mencari orang pintar banyak, tapi mencari orang yang benar dan jujur sulit. Sukses secara intelektual hanya mengantarkan 20 persen dalam hidup kita, namun sukses secara spiritual dan emotional akan mengantarkan 80 persen dalam hidup kita.

Ketika ada menteri yang terjerat korupsi, mereka adalah orang-orang terdidik dan terpelajar, bahkan bergelar. Kurang apa mereka, secara pendidikan sudah tinggi, secara materi juga sudah lebih dari cukup, bahkan menjadi menteri.

Kebutuhan yang tiada habisnya, hingga rakus terhadap materi, menyebabkan mereka buta hati dan tidak jujur dalam melaksanakan tugasnya. Ujian dalam bentuk tahta, harta, menyebabkan mereka lupa akan sebuah amanah dan tanggung jawab yang besar.

Jujur itu sulit, tapi dengan kejujuran akan mengantarkan kita jalan menuju surga. Jujur itu pahit, namun akan melepas topeng-topeng kedustaan yang kian hari membusuk jika dibiarkan. Jujur itu menjadi pangkal kebahagiaan, walapun serasa pahit, namun akan terasa manis akhirnya. Maka, berani jujur hebat, sebagaimana slogan KPK.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini