SERANG– Beberapa guru dan siswa di desa Kramat Jati, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang mengeluhkan lokasi tempat pembuangan sampah sementara dekat sekolah mereka. Bau tak sedap yang timbul dari sampah tersebut membuat aktivitas kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu.
Guru Madrasah Ibtidaiyah Tahfidzul Qur’ran (MITQ) Az-Zahra, Nova Nurmalia mengatakan lokasi sekolah yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari lokasi pembuangan sampah membuat aroma tak sedap kerap mengganggu kegiatan belajar mengajar para siswa.
Selain bau tak sedap, sekolahan juga kerap dihinggapi banyak lalat semenjak adanya pembuangan sampah. Lokasi pembuangan sampah tersebut merupakan lokasi bekas penambangan pasir di Kampung Curug Bonteng milik suatu perusahaan
“Kalau misal angin kencang itu baunya tercium kalau anak-anak lagi makan juga terganggu, terus anak-anak juga ga fokus belajarnya,” kata Nova
Ia mengaku sempat turut ikut demo menolak tempat pembuangan sampah itu bersama warga lainnya pada bulan Maret lalu serta protes kepada pihak desa tapi hasilnya belum sesuai keinginan warga.
Pengiriman sampah kemudian sempat dihentikan dan saat ini pengiriman kembali berjalan namun dilakukan saat malam hari. Bahkan katanya hanya beberapa warga saja yang dilibatkan mengenai keputusan pembuangan sampah itu.
Sampah tersebut diduga diangkut dari beberapa wilayah di wilayah timur Kabupaten Serang dan tidak bisa diolah. Sampah terlihat hanya ditimbun oleh pasir saja,
“Kami tau (Kabupaten Serang darurat sampah) tetapi meskipun demikian kami tetap menolak,” imbuhnya.
Nova berharap agar pembuangan sampah tersebut dapat segera ditutup karena ia merasa lebih banyak dampak negatifnya bagi siswa serta warga sekitar.
“Harapan kami semua mudah-mudahan tempat pembuangan sampah ini segera ditutup (karena) akan banyak hal negatifnya ya penyakit, pencemaran udara itu kan sampah ditimbun dengan galian itu nanti menyerap ke air, ya kita mikir ke depannya,” ujarnya.
Pelajar SMA Negeri 1 Kragilan, Alvin mengatakan lokasi sekolahnya yang juga tidak jauh dari lokasi pembuangan sampah juga ikut terdampak. Bau sampah kerap tercium terutama saat hujan deras. Ia mengaku akibat bau tersebut kegiatan belajar di sekolahnya sangat terganggu.
“Kalau belajar bau apalagi kalau hujan, pengennya diberhentiin (pembuangan sampah),” kata Alvin.
Warga lainnya dari Kampung Meracang bernama Asep juga mengeluhkan hal serupa. Ia mengatakan pembuangan sampah tersebut tidak melibatkan warga kampung sekitar yang terdampak seperti Kampung Pematang, Keramat, Curug Bonteng, dan Meracang.
Ia mengatakan beberapa warga akan mengirimkan surat protes ke Kecamatan dan apabila tidak digubris maka mereka akan terus melakukan protes.
“Kalau ada angin hujan baunya minta ampun, kalau kita (protes) tetep ga digubris ya kita terpaksa ada aksi,” kata Asep.
(Dra/red)