Beranda Pemerintahan Pemanfaatan Geothermal Harus Aman dan Bijak

Pemanfaatan Geothermal Harus Aman dan Bijak

SERANG – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) atau Geothermal masih terus mendapatkan penolakan. Banyak yang berpendapat bahwa pembangunan PLTPB dapat merusak lingkungan.

Kendati demikian, jarang yang melihat sisi positif dari keberadaan PLTPB. Bahkan, jarang yang mengetahui bahwa PLTPB itu hanya dapat dibangun dengan baik di tempat-tempat tertentu saja, khususnya yang berada di daerah cincin api atau ring of fire.

Riki Irfan selaku Dosen Praktisi Geothermal Independen, dalam Diskusi Publik yang digelar oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Serang Raya mengatakan Provinsi Banten memiliki potensi sumber daya panas bumi yang menjadi suatu keberkahan karena dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik untuk memenuhi pasokan listrik yang ada di Banten.

“Udah berkah, tinggal dimanfaatkan dengan bijak. Dikontrol teknologinya oleh ahlinya. Di manage dengan baik sesuai prosedur. Kalau tidak di manage dengan baik, apa saja juga akan rusak. Di negara lain seperti Belanda, Jerman berharap punya Geothermal. Sampai-sampai mereka rela mengebor 3000-5000 meter hanya untuk 150 derajat Celcius. Kita di Indonesia ngebor 700 meter bisa dapat 200 derajat Celcius,” ujarnya, Jumat (30/4/2021).

Terkait kekhawatiran masyarakat akan proyek geothermal yang bisa mengakibatkan semburan lumpur seperti yang terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur, Riki menyebutkan bahwa proses pengerjaan serta material yang dikeluarkan antara geothermal dengan pengeboran minyak berbeda.

“Bisa dipahami kekhawatiran masyarakat. Dalam hal ini Lapindo adalah sistem minyak dan gas bumi yang ada di sedimen batuan lunak, kadar lumpur, dan air yang berbeda. Sedangkan, di geothermal itu batuannya vulkanik, batuan keras. Karakter yang keluar dari geothermal adalah air panas bukan lumpur,” kata Riki.

Dikatakan Riki, saat ini di Indonesia sudah ada sekitar 2.100 megawatt yang dihasilkan dari geothermal.

“Daei geothermal sudah ada sekitar 2.100 megawatt dari 15 lapangan yang berproduksi. Dan alhamdulillah sejak berproduksinya Kamojang dari tahun 1980-an, belum ada masalah sampai minta ditutup,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan, Ari James Faraddy mengatakan wilayah Gunung Prakasak memiliki potensi sumber daya panas bumi sebesar 100 Mega Watt (MW).

“Sekarang lagi proses eksplorasi, belum produksi. Kalau berhasil dibangun, kita punya target awal sekitar 30 an mega watt. Alhamdulillah Banten nanti akan punya pembangkit listrik yang tidak tergantung dari manapun. Kalau sekarang kan tergantung dari batubara, kalau batubaranya mahal, tarif listrik akan lebih mahal lagi,” ujarnya.

Menurut Ari, energi geothermal merupakan sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi.

“Lebih ramah lingkungan karena sedikit dari karbon monoksida yang dihasilkan. Kalau sekarang, pembangkit listrik tenaga uap. Kalau sekarang, pembangkit listrik tenaga uap bahan bakar batubara tidak bisa diperbaharui lagi. Kalau batubara habis, ya habis tidak bisa membangkitkan listrik lagi,” katanya.

Dengan akan diadakannya pembangunan geothermal di Banten, ia berharap geothermal bisa menjadi pembangkit listrik yang dapat menyuplai kebutuhan listrik di Banten.

“Mudah-mudahan panas bumi ini bisa dikembangkan di Provinsi Banten. Karena tidak seluruh Provinsi di Indonesia memiliki potensi panas bumi. Banten ada dua, Jawa Barat sudah banyak. Saat ini juga kita sudah memanfaatkan panas bumi dari Gunung Salak,” ujar Ari. (Tra/Nin/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini