Beranda Opini Nuzul al-Qur’an: Sebuah Refleksi Gerakan Literasi

Nuzul al-Qur’an: Sebuah Refleksi Gerakan Literasi

Ilustrasi - foto istimewa NU Online

Oleh: JUHJI, Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan Anggota MUI Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang

Empat belas abad silam, al-Qur’an sebagai hudan lil muttaqiin (petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa) diturunkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad Saw. Meski Nabi sebagai bangsa yang ummy (tidak bisa membaca dan menulis), namun dengan bimbingan Malaikat Jibril, Nabi pun mampu melakukannya secara baik.

Ini mengisyaratkan bahwa peran seseorang dalam mempelajari suatu ilmu sangat dibutuhkan. Seseorang yang berperan dalam pengajaran ilmu disebut sebagai Guru. Guru merupakan sosok orang yang digugu dan ditiru dalam melakukan bimbingan terhadap peserta didiknya, bukan hanya sekadar transfer of knowledge (memindahkan ilmu pengetahuan) tetapi juga mendidik dengan adab yang baik.

Meski dengan kecanggihan teknologi di era revolusi industri 4.0 ini hampir semua pengetahun bisa diperoleh secara instan melalui kemahiran berselancar di dunia maya, namun bukan berarti meniadakan peran Guru dalam melakukan bimbingan. Guru akan tetap dibutuhkan peserta didik dalam mentransformasi nilai-nilai budaya dan kebaikan moral sepanjang zaman.

Iqra’ (bacalah) sebagai kata dan ayat pertama yang diturunkan dan diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Kata ini mengandung sarat makna yang luar biasa dalam, bukan hanya dimaknai sebagai membaca dengan lisan namun bisa juga dimaknai sebagai kegiatan berpikir tingkat tinggi, menganalisa, menelaah, mengkaji, menalar, memahami, menginterpretasi, dan mengkritisi terhadap segala ciptaan-Nya di alam semesta.

Kedalaman makna iqra’ sejatinya dapat dipahami para Guru sebagai gerakan literasi, baik di sekolah maupun di rumah. Terlebih dalam masa Pandemi Covid-19 ini, peran orang tua dengan menjadikan rumah sebagai madrasah bagi anak-anaknya menjadi bagian penting dalam keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Ini menjadi sangat penting karena Tuhan Pemilik seluruh alam, Allah Swt telah memberikan isyarat-Nya secara mendalam melalui ayat-ayat yang tajam.

Menurut hasil skor Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 yang dilaporkan The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa kemampuan literasi anak Indonesia sangat rendah. Indonesia berada diperingkat 72 dari 78 negara, jauh di bawah negara tetangga, Malaysia (peringkat 56) dan Brunai Darussalam (peringkat 59). Laporan tersebut memposisikan China sebagai negara yang memiliki tingkat literasi paling baik di Dunia.

Rendahnya kemampuan literasi ini disinyalir disebabkan karena berbagai faktor. Dengan mengutip pendapat ahli psikologi pendidikan, Muhibbin Syah (Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar, setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yakni intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik, motivasi dan minat misalnya, menjadi variabel yang sangat penting dalam mendorong keinginan untuk belajar yang di dalamnya terdapat niat. Niat ini sebagai penentu keberhasilan sesuatu. Nabi Muhammad Saw bersabda: “sesungguhnya setiap perbuatan terletak pada niatnya…”. Dalam makna sempit, di dalam niat yang kuat terdapat keberhasilan yang hebat.
Faktor ekstrinsik, kehadiran Guru misalnya, juga diduga memberikan dampak yang besar bagi keberhasilan belajar peserta didik. Melalui bimbingan, dorongan, dan nilai-nilai kebaikan yang disampaikan Guru menjadi api pembakar semangat yang menggebu-gebu bagi para penuntut ilmu.

Dalam kaitaannya dengan gerakan literasi yang terinspirasi dari al-Qur’an sebagai Kitab Suci, nampaknya harus ada integrasi yang komprehensif antara niat dan Guru yang bersemangat. Adanya kerjasama yang baik antara Guru dan Peserta Didik tentunya akan membuahkan hasil yang baik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan gerakan literasi hendaknya al-Qur’an tidak hanya sebatas menjadi bacaan tekstual di bulan suci, namun jauh dari itu, al-Qur’an harus dikaji, dipahami, ditelaah, dan diamalkan secara kontekstual agar terpatri di dalam diri.
Semoga.

(**)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini