Beranda Opini Minimnya Kesadaran Mengantre Masyarakat Indonesia

Minimnya Kesadaran Mengantre Masyarakat Indonesia

Ilustrasi - foto istimewa antaranews.com

Budayakan mengantri adalah istilah yang seharusnya diterapkan seluruh masyarakat Indonesia namun sayang sekali istilah tersebut hanya sebuah kata-kata khiasan yang tidak banyak orang menerapkan di kehidupan sehari-hari.

Apalagi ditengah pandemi seperti ini banyak bantuan sembako dari pemerintah ataupun dari orang dermawan lainnya yang ingin membagikan bantuan tersebut kepada orang banyak dengan menerapkan protokol kesehatan pastinya, tidak bersetuhan langsung dan jaga jarak.

Tetapi karena kurangnya  kesadaran masyarakat dalam mengantri  sehingga semua yang telah disusun rapi menjadi tidak beraturan dan berantakan, protokol kesehatanpun juga diabaikan karna banyak masyarakat berkerumun untuk memperebutkan bantuan tersebut.

Tempat umum seperti busway, KRL, Supermarket, MRT masih menjadi langganan dari sebagian orang yang minim akan kesadaran dalam mengantri, padahal pemerintah pusat sudah memberikan garis antrian sebagai upaya agar masyarakat dapat mengantri dengan tertib tetapi tetap saja masih saja ada orang yang tidak disiplin.

Meskipun banyak orang yang masih tidak sadar akan kebudayaan mengantri tetapi tidak sedikit juga masyarakat indonesia yang sudah sadar akan budaya mengantri padahal dari kebiasaan kecil ini dengan mengantri tertib dan rapi maka negara kita tidak akan kalah dengan negara maju lainnya.

Banyak himbauan yang di pasang tempat tranportasi umum untuk mengantri dan tidak berebut saat naik dan turun kendaraan tetapi tetap saja masih ada yang menyerobot bahkan mendorong penumpang lainnya.

Tidak sedikit kejadian fatal yang diakibatkan karna kurangnya kesadaran masyarakat akan mengantri, contoh saja kejadian di MRT beberapa waktu lalu, disetiap pintu penumpang telah disediakan line/garis penumpang untuk naik dan turun yang dimana penumpang yang akan naik berada di garis kiri dan kanan pintu sedangkan ditengah untuk penumpang yang akan turun tetapi karena kurangnya kesadaran dalam mengantri, banyak penumpang yang akan naik ke MRT berkeruman tidak sesuai garis yang disediakan sehingga pada saat penumpang yang di dalam MRT akan turun menjadi berebut  dan berdesak-desakan dengan penumpang yang akan naik selain itu resiko yang paling fatal adalah dapat menyebabkan adanya korban jatuh dan terinjak.

Fenomena seperti ini tentunya bukan hanya terjadi di MRT saja tetapi juga sering terjadi di swalayan atau transportasi umum, resiko akibat kurangnya kesadaran mengantri diswalayan berbeda dengan di transportasi umum, jika di transportasi umum menyebabkan adanya korban yang terluka maka diswalayan menyebabkan adanya keributan yang tentunya akan berakibat ketidaknyamanan pelanggan lain dalam berbelanja.

Sebuah studi di Australia menyimpulkan lebih mementingkan anak nya ke sopan santun dan attitude terhadap masyarakat dan makhluk hidup lain. Selain itu, salah satu dosen juga pernah menerangkan bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa di lihat dari ketertiban masyarakat nya. Semakin tertib masyarakat nya pada hukum dan norma yang berlaku semakin maju lah negara tersebut. Di Indonesia sangat sulit untuk menerapkan Budaya Antri, lebih tepatnya harus ada sanksi berat agar masyarakat indonesia takut untuk melanggarnya, memang masyarakat Indonesia harus dikeraskan agar dapat mematuhi aturan yang ada.

Untuk itu edukasi mengenai kesadaran mengantri harus selalu diingatkan dan diterapkan untuk setiap generasi muda agar nantinya bisa menjadi contoh bagi para orang tua & anak-anak agar dimanapun berada selalu dapat menerapkan budaya mengantri demi kenyamanan bersama.

Karena kebiasaan yang baik di mulai dari yang tekecil dahulu salah satunya Kebudayaan mengantri, jika kebiasaan baik yang kecil sudah terbentuk maka kebiasaan baik lainnya akan mengikuti.

 

Penulis : Jesika Setyani, Universitas Pamulang, DIII-Sekretari

 

 

 

 

 

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini