SERANG – Sejak pandemi, proses belajar mengajar di sekolah banyak berubah dan memulai membiasakan diri dengan kebiasaan baru. Hal itu pula yang dirasakan oleh Diofanny gadis asal Taman Kopassus, Kota Serang Serang.
Mahasiswa tingkat akhir di UIN Banten ini mengisi waktu luangnya sebagai guru home schooling sejak 6 tahun lalu.
“Sampai saat ini saya mengajar untuk tujuh anak usia sekolah dasar,” ucapnya, Jumat (20/11/20).
Ia mengaku sejak pandemi ini cukup berpengaruh dalam proses pembelajaran. Seperti belajar jadi tidak nyaman karena harus tetap menjaga jarak. Anak belajar menjadi tidak fokus karena harus memakai masker. Tidak seperti biasanya bisa leluasa.
“Sering anak-anak rungsing sendiri, karena merasa nggak bebas banyak aturan, cuma mau bagaimana kita mesti jaga kesehatan mereka,” terang Dio, sapaannya.
Dio mengatakan setiap akan memulai belajar, ia selalu berupaya menerapkan 3M kepada murid-muridnya.
“Karena murid saya masih anak-anak yang rentan terkena virus, selain itu saya juga khawatir saya yang membawa virus itu dari luar,” pungkasnya.
Sementara itu, untuk metode pembelajaran sendiri, Dio mengatakan masih tetap mengikuti acuan standar kompetensi yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud.
“Walaupun sama-sama belajar di rumah dengan murid sekolah formal, tapi metode pengajaran untuk murid home schooling ini tetap berbeda,” imbuhnya.
Ia berharap ke depan belajar home schooling ini bisa menjadi pemecah masalah dan solusi bagi pendidikan di Indonesia.
“Apalagi kita nggak tahu sampai kapan pandemi ini terus ada. Walaupun ya sebetulnya sama baik pembelajaran formal, informal, dan nonformal,” tutupnya.
Bagi Dio semua proses pembelajaran sama saja selama tetap mengacu pada standar kompetensi yang ada dan melihat kebutuhan anak itu sendiri.
(AU/Red/SG)
Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini
