Beranda Gaya Hidup Menyusui Bebas Drama di Hari-hari Awal si Kecil

Menyusui Bebas Drama di Hari-hari Awal si Kecil

Ilustrasi - foto istimewa

SERANG – Di setiap negara di dunia, menyusui memiliki banyak manfaat bagi wanita dan anak-anak. Hal ini berperan penting dalam meningkatkan gizi, pendidikan, kesehatan ibu dan anak, serta keberlangsungan hidup. Dikutip dari publikasi WHO, menyusui memberikan perlindungan utama dari penyakit menular sebagai penyebab umum kematian, bahkan pada populasi berpenghasilan tinggi, menyusui pun menurunkan angka kematian.

Terlepas dari semua manfaat menyusui, memperoleh informasi dan keterampilan yang tepat mengenai menyusui dapat menjadi tantangan bagi orang tua muda atau baru. Menyikapi tantangan tersebut, Good Doctor bekerja sama dengan KonsulASI memberikan edukasi kesehatan yang kredibel tentang menyusui.

Inisiatif Good Doctor untuk peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat ini akan dilakukan secara rutin. Rangkaian webinar yang diluncurkan pada 22 Januari 2022 ini khusus diselenggarakan untuk menyasar para orang tua muda, khususnya ibu-ibu yang baru pertama kali melahirkan, kini bisa memperoleh bimbingan langsung dari dokter konsultan laktasi bersertifikat dengan cepat dan mudah.

Dalam webinar baru-baru ini yang bertema “Menyusui Bebas Drama di Hari-hari Awal si Kecil”, dr. Ayudya Soemawinata, BMedSc (Hons) mengatakan menyusui merupakan suatu proses yang alami, tetapi untuk berhasil menyusui dengan tenang dan nyaman membutuhkan ilmu, kesabaran, dan kemauan yang kuat.

“Akan lebih baik apabila pada masa kehamilan ibu sudah memiliki pengetahuan tentang menyusui sehingga tidak kaget ataupun tidak panik saat mengalami tantangan. Agar menyusui berhasil, bukan hanya ibu yang perlu mempunyai ilmu dan kesiapan mental. Ibu perlu didukung oleh seluruh support system dalam keluarga, mulai dari suami, baby sitter, orang tua atau mertua,” ujarnya, Minggu (27/3/2022).

Konselor laktasi ini menjelaskan beberapa hal penting yang harus dipahami ibu dan keluarga dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui, seperti:

1. Hampir seluruh wanita memiliki kelenjar susu dan bisa memproduksi ASI (kecuali memiliki kondisi medis tertentu dan itu pun jarang terjadi).

2. Payudara sudah siap untuk memproduksi ASI sejak minggu ke-16 masa kehamilan.

3. ASI diproduksi secara bertahap. Wajar apabila pada empat hari pertama ASI yang keluar hanya sedikit. Hal ini juga berhubungan dengan kapasitas lambung bayi yang baru 10 ml. Jika selama 2—3 hari pertama setelah bayi lahir, ibu tidak dapat menyusui, ibu tidak perlu khawatir karena bayi masih memiliki cadangan makanan di dalam tubuhnya.

4. ASI diproduksi sesuai dengan kebutuhan bayi (supply and demand). Bagi ibu yang bekerja, tetap perlu memompa secara teratur saat tidak bersama bayi. Payudara harus benar-benar dikosongkan agar ASI terus berproduksi. Ketika payudara benar-benar kosong, sel-sel payudara akan mengirimkan sinyal ke sel-sel otak untuk memproduksi ASI kembali karena bayi akan segera menyusu. Sel-sel otak akan merespons sehingga ketika bayi akan minum ASI, produksi ASI sudah tersedia. Tubuh akan mengikuti ritme bayi minum susu. Jadi, jika bayi terbiasa minum setiap dua jam, tubuh akan mengikuti ritme itu untuk memproduksi ASI saat payudara benar-benar kosong.

5. Produksi ASI sama sekali tidak berhubungan dengan ukuran payudara dan ukuran tubuh ibu.

6. Kondisi emosional dan asupan gizi ibu mempengaruhi produksi ASI.

7. Penggunaan botol atau dot dapat menyebabkan bingung puting dan mengganggu proses menyusui. Bagi ibu bekerja, pemberian ASI dengan cup feeder, sendok, spuit, pipet medis, dan spoon feeder lebih disarankan dibandingkan dengan memberi dot kepada bayi.

Menyusui pertama kali sebenarnya dimulai dari proses inisiasi menyusui dini (IMD). Menurut dr. Ayudya, banyak manfaat yang diperoleh dari proses IMD yang optimal, antara lain:

1. Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat mengatur suhu tubuh bayi dan memperkuat ikatan di antara mereka.

2. Gerakan bayi saat berpijak dan menendang perut ibu dapat menstimulasi kontraksi rahim.

3. Saat bayi bergerak mencari aerola, gerakan membenturkan kepala ke payudara menyerupai pijatan untuk menstimulasi payudara.

4. Bayi memperoleh kolostrum yang sangat baik untuk imunitas bayi.

5. Awal pemantapan proses menyusui.

“Di hari-hari awal setelah melahirkan, ibu sebaiknya fokus untuk membuat bonding dengan bayi, belajar untuk menyusui, belajar menggendong bayi, dan belajar mencari posisi yang nyaman untuk ibu dan bayi,” ujar dr. Ayudya.

Pengetahuan yang juga perlu diketahui ibu agar berhasil menyusui adalah perlekatan dan posisi menyusui. “Kalau perlekatannya benar, ibu tidak akan merasa nyeri. Kalau ibu merasa sakit berarti ada yang salah karena kalau perlekatan sudah benar, ibu tidak akan merasa sakit. Saat akan menyusui, sebagian areola (sekitar 2 cm apabila aerolanya besar) atau seluruh aerola dimasukkan ke mulut bayi ketika mulut bayi sudah terbuka lebar. Apabila hanya puting yang masuk ke mulut bayi, ibu akan merasa sakit dan ASI yang keluar sedikit.

Akibatnya, bayi menyusu jadi lebih lama, bayi menjadi kesal bahkan mungkin jadi malas menyusu. ASI yang keluar hanya sedikit-sedikit dapat mengurangi produksi ASI. Selain itu, ibu harus dalam posisi nyaman sebelum bayi mengikuti posisi ibu. Jadi, bukan badan ibu yang mengikuti badan bayi karena ibu akan merasa pegal. Apabila belum terbiasa menyusui, ibu bisa dibantu oleh suami atau baby sitter atau anggota keluarga yang lain untuk menggendong bayi dulu. Setelah ibu merasa posisinya nyaman barulah bayi diberikan kepada ibu untuk disusui.”

Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan mengatakan data internal kami menunjukkan selalu ada berbagai topik terkait menyusui yang dikonsultasikan, beberapa contohnya adalah cara memompa dan menyimpan ASI.

“Edukasi rutin menyusui ini merupakan bagian dari program Good Parents Club kami yang sejalan dengan komitmen kami dalam memberikan edukasi kesehatan yang berkualitas kepada pengguna kami.  Para ibu juga dapat berkonsultasi dengan dokter kami di aplikasi Good Doctor 24 jam setiap hari,” terang.

(Red)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini