Beranda Kesehatan Mengenal Gejala Psikopat Hingga Penyembuhannya

Mengenal Gejala Psikopat Hingga Penyembuhannya

Ilustrasi - foto istimewa IDN Times

SERANG – Beberapa waktu lalu Komisi Pemilihan Umum atau KPU Kota Serang mengumumkan sejumlah bakal calon legislatif (bacaleg) dinyatakan psikopat berdasarkan tes kejiwaan di sebuah rumah sakit. Tapi, hal apa saja yang mendasari seseorang terindikasi psikopat dan apakah bisa disembuhkan?

Wartawan BantenNews.co.id mewawancarai seorang Psikolog Klinis, July Tikilie terkait diagnosis psikopat, penyebab seseorang bisa tergolong ke dalam kelainan kesehatan mental, gejala yang ditimbulkan, hingga penyembuhan terhadap gangguan jiwa tersebut.

Menurut July, untuk mendiagnosis seseorang dikategorikan mengalami gangguan kesehatan mental tidak bisa hanya menggunakan satu alat tes, namun memiliki beberapa tahapan. Biasanya ahli dalam hal ini seperti psikolog atau psikiater akan melakukan serangkaian tes seperti wawancara, mencari tahu riwayat medis, gejala yang muncul hingga latar belakang dari pasien tersebut.

“Secara hasil tes mungkin arahnya ke situ (psikopat-red) tapi kan untuk menentukan psikopat atau tidak, harus digali lagi. Betul (tidak hanya menggunakan satu alat tes-red) jadi harus dengan beberapa cara lagi. Bisa dilakukan lagi dengan tes-tes yang lain, misalnya harus menggali latar belakang keluarganya, kehidupan masa kecilnya gimana misal waktu kecil sering mengalami perlakuan yang tidak baik dari orangtuanya atau dari keluarganya,” jelas July kepada BantenNews.co.id, Selasa (13/6/2023).

“Terus bagaimana keluarganya misal ayah ibu sering melanggar aturan itu biasanya menurun ke anak-anak karena anak mencontoh dari orangtua. Kayak gitu perlu digali dengan wawancara lebih lanjut,” tambahnya.

Wanita yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Banten ini mengatakan seseorang terbilang mengalami gangguan kejiwaan seperti psikopat apabila memiliki dua sampai empat kondisi. Kondisi itu yakni orang tersebut sering melanggar norma di masyarakat, kerap terlibat melakukan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan, mudah memanipulasi atau berbohong, dan menyakiti orang lain hanya untuk kepuasan diri sendiri.

“Banyak sekali gejala-gejala untuk psikopat itu, jadi dari hasil tes itu harus dilihat juga apakah benar psikopat atau bukan. Seseorang bisa tergolong psikopat dengan beberapa kriteria bukan hanya satu kriteria. Biasanya ada dua atau tiga atau empat kriteria seperti terus melanggar norma-norma di masyarakat, sering terlibat melakukan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan, manipulasi, menyakiti orang lain yang sifatnya untuk keperluan pribadi dia yang sifatnya benar,” ujarnya.

Kondisi seseorang yang mengidap psikopat berbeda dengan sosiopat. Orang dengan psikopat cenderung lebih agresif, tidak memiliki rasa empati, terlalu percaya diri, mudah berbohong dan menyakiti manusia atau binatang.

Tetapi orang dengan kondisi sosiopat masih dapat merasakan rasa empati terhadap orang lain. Orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial sosiopat mudah semena-mena, impulsif, dan cenderung sulit bertahan dalam pekerjaan.

“Orang psikopat cenderung tidak punya rasa empati. Misal ada orang kecelakaan, dia datar-datar saja, biasa saja. Sedangkan kalau orang sosiopat dia masih ada rasa empati ke orang. Kalau seumpamanya kita bisa lihat juga, kalau dia orangnya terlalu PD (percaya diri) banget terus dia tidak bisa kontrol emosinya, orang psikopat itu tanpa merasa bersalah. Psikopat itu bersifat agresif, kekerasan, bertentangan dengan norma sosial, pintar ngarang atau bohong suka memanipulasi, melakukan kriminal berulang,” paparnya.

Seorang ahli akan memberikan pengobatan untuk kondisi psikopat sesuai dengan keadaan pengidapnya dan diiringi dengan keinginan dari pasien untuk menjalani pengobatan.

“Psikopat itu sendiri kita harus lihat juga bagaimana arahnya terus gejalanya jadi kita harus lakukan itu dengan kooperatif bagaimana kita mengelola emosinya dulu. Terus menurunkan tingkat kejahatan atau kekerasan yang dia lakukan, kita juga beri pemahaman ke dia tentang gangguan yang dia alami,” sebut July.

July mengatakan ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk melakukan pengobatan terhadap psikopat. Hal tersebut diantaranya adalah psikoterapi, konseling kelompok, dan obat dari psikiater.

Psikoterapi sendiri ada tiga jenis yaitu terapi kognitif, terapi mentalitas, dan psikodinamika. Tujuan dari psikoterapi yaitu agar pasien bisa mengelola emosinya dan menurunkan tindak kejahatan atau kekerasan yang dilakukan, memberikan pemahaman tentang gangguan yang dialaminya.

“Itu kita harus ada beberapa terapi yang mungkin bisa dilakukan. Misal terapi kognitif tujuannya kita mengendalikan gejalanya yang dialami dengan mengubah cara pikirnya kalau itu salah itu tidak benar karena selama ini pola pikirnya melakukan ini (tindakan menyimpang-red) itu benar. Jadi kita harus memberitahu bahwa apa yang dilakukan itu salah,” terangnya.

Kemudian terapi mentalitas untuk membantu pengidap memahami gangguan yang mempengaruhi perilakunya. Berikutnya ada terapi psikodinamika yang membantu meningkatkan kesadaran orang yang bersangkutan terhadap pikiran dan perilaku negatifnya.

July menyebutkan untuk tindakan pengobatan dengan konseling kelompok dilakukan untuk memecahkan masalah dengan orang-orang yang memiliki gangguan serupa. Namun konseling kelompok tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu sebentar saja.

“Bisa diadakan konseling kelompok. Misalnya kita juga kerja sama dengan psikiater untuk memberikan obat-obat penenang seperti anti depresan mungkin bisa kasih itu juga supaya dia bisa tenang dulu, emosinya bisa dikontrol dan melakukan konseling kelompok,” ucap July.

“Konselingnya tidak bisa sebentar saja jadi bertahap untuk memecahkan masalahnya, entah dia punya masalah dengan orang lain atau punya masalah dari keluarga atau relasinya dengan yang lain,” katanya. (Nin/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disiniĀ