Beranda Pendidikan Menanamkan Cinta Bahasa Daerah Sejak Dini

Menanamkan Cinta Bahasa Daerah Sejak Dini

Beberapa pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu 2024 foto bersama. (Istimewa)

BAHASA daerah adalah warisan budaya yang kaya makna dan mengandung kearifan lokal yang tak ternilai. Di balik setiap kosakata, tersimpan sejarah, nilai-nilai, serta cara pandang masyarakat terhadap kehidupan. Namun, di tengah arus globalisasi dan dominasi bahasa nasional maupun asing, penggunaan bahasa daerah perlahan mulai terpinggirkan, terutama di kalangan anak-anak. Dalam situasi ini, pembiasaan penggunaan bahasa daerah menjadi langkah penting agar identitas budaya tetap terjaga lintas generasi.

 

Membiasakan anak menggunakan bahasa daerah bukan berarti menomorduakan bahasa Indonesia atau asing, melainkan memberi ruang agar anak tumbuh dengan kesadaran akan akar budayanya. Sejak kecil, anak bisa diajak berkomunikasi dengan bahasa ibu di rumah, baik dalam percakapan ringan sehari-hari, mendongeng, maupun saat menyanyikan lagu daerah. Hal ini bukan hanya memperkaya kosakata mereka, tapi juga membentuk kedekatan emosional dengan identitas lokal yang diwariskan orangtua dan leluhur mereka.

 

Penting bagi orang tua dan guru untuk tidak merasa malu atau ragu menggunakan bahasa daerah, karena anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Keteladanan adalah kunci. Jika anak melihat bahwa bahasa daerah dihargai, digunakan dengan bangga, dan menjadi bagian alami dalam aktivitas sehari-hari, mereka akan menumbuhkan kebanggaan yang sama.

 

Selain di lingkungan rumah, lembaga pendidikan pun bisa berperan besar. Sekolah-sekolah dapat menyediakan ruang bagi bahasa daerah, misalnya dalam pelajaran muatan lokal, pentas seni, hingga lomba cerita rakyat. Interaksi dalam bentuk permainan tradisional atau dialog ringan menggunakan bahasa daerah juga bisa memperkuat kebiasaan ini dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa.

 

Yang perlu diingat, anak-anak adalah pembelajar alami. Mereka menyerap bahasa dengan cepat dan fleksibel. Maka jika pembiasaan dilakukan dengan konsisten dan penuh kasih sayang, mereka akan tumbuh dengan kemampuan bilingual atau bahkan multilingual yang kokoh, tanpa harus mengorbankan identitasnya sendiri.

Baca Juga :  Panduan untuk Orangtua Siapkan Pendidikan Anak

 

Pembiasaan penggunaan bahasa daerah bukan sekadar pelestarian linguistik, tetapi juga penanaman nilai, cinta tanah kelahiran, dan rasa bangga terhadap kebudayaan sendiri. Dengan begitu, generasi muda tidak akan terputus dari akar sejarah dan budaya mereka, melainkan justru menjadi penjaga yang membawa bahasa daerah tetap hidup dalam langkah masa depan.

Tim Redaksi

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News