Beranda Sosok Mashudi Uday, Seniman Karikatur Cisadane yang Setia di Bantaran Sungai

Mashudi Uday, Seniman Karikatur Cisadane yang Setia di Bantaran Sungai

Mashudi Uday, Seniman Karikatur Cisadane

TANGERANG – Di tepian Sungai Cisadane, di balik gemerlap Kota Tangerang yang terus tumbuh, terdapat sepetak ruang seni yang hidup dari ketekunan, kesabaran, dan goresan tangan seorang pria berusia 59 tahun. Dialah Mashudi Uday, seniman karikatur asal Karang Tengah yang sejak 2016 lalu menjadikan bantaran Sungai Cisadane, tepatnya di samping Flying Deck Kalipasir, sebagai galeri terbuka bagi ribuan karyanya.

Dari balik kanvas dan lembaran kertas, Uday menyapa siapa saja yang melintas. Di atas meja kayu kecilnya, warna-warna cat air membentuk wajah-wajah tersenyum, bergaya, bahkan melucu—karena ia memilih karikatur sebagai bentuk ekspresinya.

Berbeda dengan kebanyakan pelukis karikatur yang mengandalkan tinta atau pensil warna, Uday menggunakan cat air sebagai teknik utama. Ia percaya, media ini mampu memberikan warna yang lebih dalam dan daya tahan yang lebih lama bagi karyanya.

“Awalnya saya hanya bikin sketsa. Tapi makin lama, banyak yang minta karikatur, dan akhirnya saya tekuni sampai sekarang,” ujarnya sambil memperlihatkan salah satu karyanya yang baru selesai.

Dengan cat air, setiap garis wajah yang ia lukis bukan hanya soal kemiripan, tapi juga soal emosi dan nuansa. “Lukisan wajah itu paling sulit,” ucapnya jujur. “Karena butuh perhatian khusus pada detail.”

Meski tampak sederhana, aktivitas Uday di bantaran sungai ini telah menjadi penghidupan utamanya. Ia tak mengandalkan galeri seni atau platform digital. Ia lebih percaya pada kekuatan interaksi langsung—di mana pembeli bisa menyaksikan proses kreatif, berbincang, bahkan memesan secara spontan.

Pesanan pun tak pernah sepi. Mulai dari permintaan hadiah ulang tahun, kenang-kenangan perpisahan kantor, hingga souvenir pribadi, datang hampir setiap hari. Bahkan, tak jarang pelanggan dari luar kota rela mampir hanya untuk membawa pulang satu lukisan khas Uday.

Baca Juga :  Kunjungi Para Ulama, Ketua DPRD Lebak Sampaikan Amanah Prabowo

“Saya nggak promosi di internet, tapi orang tetap datang. Mereka tahu saya dari mulut ke mulut,” jelasnya.

Untuk satu lukisan karikatur ukuran A4, Uday memasang harga Rp200 ribu, dan Rp300 ribu untuk ukuran A3. Prosesnya memakan waktu 3 sampai 4 hari, tergantung tingkat kesulitan dan permintaan.

Sementara itu, untuk sketsa wajah sederhana, cukup dengan Rp50 ribu, dan bisa selesai dalam empat jam atau bahkan lebih cepat.

“Kalau sketsa memang lebih mudah. Tapi tetap saya kerjakan serius, karena wajah orang itu kan identitas, nggak bisa sembarangan,” tuturnya.

Setiap hari, dari pukul 10.00 hingga 17.00 WIB, Uday membuka ruang kreasinya di pinggir sungai. Tak ada pintu atau dinding, hanya semilir angin, debur Cisadane, dan wajah-wajah yang ia lukis dengan cinta.

Tempat itu bukan hanya sekadar lapak, tapi juga etalase seni dan ketekunan—di mana seorang seniman menolak menyerah pada zaman dan tetap teguh dengan cara yang ia yakini.

Karya-karya Mashudi Uday mungkin tak tergantung di galeri besar atau viral di media sosial. Namun, dari bantaran Sungai Cisadane, ia menciptakan kenangan, mengabadikan wajah-wajah, dan menuliskan kisah—satu kuas air, satu senyum karikatur, satu lembar kehidupan.

Dan di situlah, seni tetap hidup. Diam-diam, tapi kuat dan tulus.

Tim Redaksi