Beranda Gaya Hidup Mang Kadong Jahit, Pilihan Pelajar Tangsel untuk Ikut Mode

Mang Kadong Jahit, Pilihan Pelajar Tangsel untuk Ikut Mode

Lokasi Mang Kadong Jahit di Pamulang Barat, Tangerang Selatan.

TANGSEL – Bangunan berlapis seng itu tampak tak pernah sepi dari pelanggan yang lalu lalang menenteng pakaiannya untuk dipermak.

Bunyi mesin jahit seakan terus bergerak mengerjakan orderan dari para pelanggan itu. Kebanyakan berseragam sekolah mulai tingkatan sekolah menengah pertama hingga atas.

Tempat permak yang berlokasi Pamulang Barat, Tangerang Selatan itu lebih dikenal dengan sebutan “Mang Kadong Jahit”.

Di dalamnya, 3 orang pria bertelanjang dada tampak sibuk memutar jarum benang baik secara manual ataupun dibantu mesin. “Lebih rame (pelajar) kalo malam,” kata Kadong sang pemilik tempat permak itu.

Kadong mengatakan dirinya mulai menggeluti dunia jahit-menjahit secara otodidak sejak 25 tahun yang lalu. “Awalnya saya sempat bikin baju buat seragam pabrik-pabrik. Tapi saat itu hasilnya pas-pasan,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (16/1/2024). Kini permak milik Kadong berisikan 3 karyawan.

Karena alasan pendapatan yang tidak maksimal itu, Kadong memutuskan untuk berhenti menerima pesanan secara massal dan bergeser menjadi tukang permak. Kurang lebih, lanjutnya, sejak 7 tahun ke belakang ini.

Pria asal Tasikmalaya ini pun mengamini bahwa hasil jahitannya memang penjadi pilihan di kalangan pelajar. “Dari mulai tren celana sekolah dibikin cutbray, ngepress, baggy. Kalau yang cewe biasanya roknya pada diminta dibikin span,” tuturnya.

Antusias para pelajar untuk mampir di Mang Kadong Jahit ini juga terlihat dengan adanya coretan-coretan bertuliskan sekolah asal mereka di tembok sekitar Toko Mang Kadong Jahit ini.

“Biasanya kalo rame banget itu waktu lebaran sama pas mau masuk sekolah. Itu beneran kayak konser rame banget,” tutur Kadong sambil tertawa.

Untuk tetap beradaptasi dengan fashion yang selalu berkembang, Kadong mengatakan dirinya terus mengulik tren fashion apa yang sedang terjadi. “Ya itu (informasi) biasanya dari ngejahit sesuai permintaan mereka (pelajar).”

Yang menjadi pembeda, menurut Kadong, antara lapak miliknya dengan lapak permak di luar sana adalah masalah waktu pengerjaan. Di lapak Mang Kadong Jahit, pelanggan hanya perlu datang untuk mengukur dan request model, lalu langsung dieksekusi setelahnya. Sehingga pelanggan tak butuh waktu lebih dari sejam untuk menjajal hasilnya. Namun itupun tergantung tingkat kesulitannya.

Pun selain itu Kadong juga mengatakan bahwa jahitannya seakan memiliki ciri khas sendiri, yang tentunya lekat akan selera pelajar. Berkat informasi mulut ke mulut para pelanggannya, nama permaknya mulai dikenal.

Meski begitu, Pria yang kental dengan logat Sunda-nya ini mengatakan situasi bisnisnya sempat goyang saat pandemi virus corona beberapa tahun lalu. Apalagi dengan bergesernya format sekolah menjadi melalui dalam jaringan. “Kurang lebih 2 tahun itu,” kata Kadong sambil menunjukan hasil jahitannya.

Kini pendapatan Mang Kadong mulai membaik. Ia mengatakan biasanya dapat mengantongi pendapatan hingga Rp30 juta per bulannya.

Ia juga menambah lahan dengan mengontrak toko disebrang lapak permaknya untuk menjajakan pakaian yang sudah tinggal pakai. Ia berkali-kali mengucap syukur kepada sang kuasa, karena menurutnya usahanya merupakan bentuk nikmat tuhan.

“Untuk yang mau mulai usaha, berdoa dulu dan niat. Baru usaha. Jangan takut untuk berbagi antar sesama,” katanya memberi nasihat. (Mg-Alf/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini