Beranda Bisnis Kinerja Saham dan Performa Bisnis Alfamart dari 2015 Hingga 2020

Kinerja Saham dan Performa Bisnis Alfamart dari 2015 Hingga 2020

Ilustrasi - foto istimewa merdeka.com

SERANG – Office Of Chief Economist Bank Mandiri, pada pertengahan tahun ini, memberikan estimasi bahwa di masa pandemi ini sektor usaha yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari akan pulih lebih awal. Jika sektor yang dimaksud adalah makanan, minuman, dan minimarket, apakah ini akan menjadi angin segar bagi emiten-emiten minimarket seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)?

AMRT menyatakan cukup optimis dalam menyambut iklim di kuartal IV dan tahun 2021 mendatang. Selain menargetkan pembukaan 500 hingga 700 gerai, mereka juga menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2,5 triliun tahun 2021, untuk pembukaan toko baru di tahun 2021 dan juga perpanjangan toko-toko yang sudah ada.

Bicara soal jumlah gerai, sudah ada 15.102 unit gerai Alfamart di Indonesia pada kuartal III 2020. Sementara itu di Filipina, mereka juga memiliki 1.000 gerai.

Belakangan ini, saham AMRT pun kerap direkomendasikan oleh para analis. Lantas seperti apakah kondisi keuangan dan profitabilitas AMRT? Berikut ulasan dari Lifepal.co.id.

Penjualan AMRT sejatinya tumbuh

Penjualan AMRT sejatinya terus tumbuh sejak 2015, hanya saja laba bersih mereka memang tidak selalu tumbuh seperti yang terlihat pada tahun 2017.

Menurut laporan keuangan AMRT di kuartal III 2020, penjualan AMRT tercatat sebesar Rp 56,3 triliun. Jumlah ini sudah melebihi total penjualan tahunan mereka di tahun 2015 dan 2016.

Rasio margin laba kotor AMRT terus tumbuh sejak 2015 ke kuartal III 2020 dari yang sebelumnya 19,08% jadi 20,37%. Rasio marjin laba kotor merupakan gambaran umum seberapa efisien bisnis perusahaan berjalan. Makin tinggi rasio maka menunjukkan bahwa semakin efisien kegiatan operasional yang ditunjukkan dari harga pokok penjualan yang lebih rendah daripada penjualan.

Untuk rasio marjin laba operasi justru terlihat makin menurun, dari yang sebelumnya 2,37% di 2015 jadi 1,81% di kuartal III 2020. Besar kemungkinan hal ini disebabkan karena perhitungannya belum dilakukan secara tahunan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari penjualan bersih perusahaan.

Sementara itu yang terakhir yaitu rasio marjin laba bersih, persentasenya tumbuh dalam lima tahun, dari 0,96% jadi 1,17%. Rasio ini mengungkap persentase pendapatan setelah pajak dari setiap penjualan yang mereka lakukan.

Utang AMRT melebihi ekuitas

Melihat laporan neraca AMRT dari 2015 hingga kuartal III 2020, aset AMRT memang terus tumbuh namun begitu pula dengan utangnya. Tepat pada kuartal III 2020, jumlah total utang AMRT mencapai Rp 18,3 triliun alias naik 7,2% ketimbang Desember 2019.

Hal ini pun menyebabkan rasio utang berbanding ekuitas dari AMRT yang akhirnya mencapai 200 persenan. Makin tinggi rasio tersebut maka berarti perusahaan mendapat pendanaan dari pemberi utang, secara tidak langsung kewajiban perusahaan untuk melunasi utang-utang tersebut juga semakin tinggi.

Sementara itu jika dilihat rasio utang berbanding, nilainya cenderung menurun sejak tahun 2017. Rasio ini mengukur seberapa banyak aset perusahaan dapat menanggung utang yang dimiliki perusahaan.

Makin tinggi nilai rasio tersebut, makin tinggi pula risiko perusahaan dalam melunasi utang-utangnya.

Sejak Juli 2018, saham AMRT kalahkan IHSG & Indeks Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi BEI

Performa saham AMRT sejatinya mulai kuat di pekan kedua Juli 2018 hingga saat ini. AMRT terlihat lebih dominan ketimbang IHSG maupun Indeks Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI), meski di Bulan November 2020, kinerja IHSG mulai menyalip AMRT.

Bisa dibilang bahwa mereka yang sudah membeli AMRT sejak Desember 2015 berpotensi meraup untung 26,72% jika menahannya hingga saat ini. Namun jika dia menjual pada pekan ke empat April 2019, maka keuntungannya bisa mencapai 67%.

Lantas berapa keuntungan yang didapat investor bila memegang saham ini selama 10 tahun yaitu pada 16 Desember 2010 ke 16 Desember 2020? Keuntungannya bisa mencapai 167%.

Menarik kah AMRT bagi Anda?

Menurut data historis, performa AMRT belum tercatat bisa membuahkan imbal hasil yang mencapai 200%. Namun tidak ada yang tahu seperti apa kedepannya.

Munculnya prediksi-prediksi atau pernyataan direksi perusahaan terkait mungkin bisa memberikan dorongan psikologis bagi kita untuk membeli. Namun apakah hal itu cukup menjadi alasan mendasar bagi kita untuk membeli? Tentu saja tidak.

Sebelum membeli saham, ada pentingnya bagi kita untuk melakukan analisis yang lebih mendalam terkait prospek perusahaan bukan berdasarkan spekulasi.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini