Beranda Pendidikan Kemendikbud Kesulitan Berantas Penyandang Tuna Aksara

Kemendikbud Kesulitan Berantas Penyandang Tuna Aksara

Mendikbud RI, Muhadjir Effendi

PANDEGLANG – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan pemberantasan tuna aksara tahun 2019 sebesar 90 persen, dari tahun 2015 sampai tahun 2018 Kemendikbud telah berhasil memberantas buta aksara sebesar 3,3 juta penyandang tuna aksara.

Mendikbud RI, Muhadjir Effendi menyampaikan, total buta aksara saat ini kurang dari 4 persen namun sisa tersebut berada di lokasi yang sulit untuk dijangkau. Kata Mendikbud, jumlah yang sedikit itu bukan semakin mudah malah makin sulit karena tinggal keraknya.

“Buta aksara ini umumnya sudah berusia lanjut dan yang tuna aksara kembali yang sebetulnya sudah bisa baca, tulis, hitung karena tidak pernah dipakai kenudian kembali menjadi tuna aksara. Sehingga kalau harus ditangani secara khusus kami mengalami agak kesulitan, disamping sebaran tuna aksara itu sudah tidak bisa di kelompokan kembali kelompok besar yang kedua tingkat kesulitannya sudah tinggi,” ujar Mendikbud, Senin (25/2/2019).

Menurut Mendikbud, yang saat ini menjadi prioritas Kemendikbud adalah bagaimana meningkatkan keaksaraan fungsional, bukan hanya baca, tulis, hitung tetapi meliputi keaksaraan digital, keaksaraan perbankkan, dan keaksaraan budaya.

Melalui program keaksaraan fungsional Mendikbud akan melihat latar belakang yang bersangkutan, sehingga pengentasan buta aksara pada mereka betul-betul digunakan, metode pengajaran yang dugunakan juga tidak sama seperti anak-anak sekolah dasar melainkan harus bisa membangkitkan semangat peserta didik sehinghs merasa butuh baca, tulis, hitung karena dibutuhkan untuk sehari-hari.

“Intinya setiap orang itu selalu relatif buta aksara, karena itu harus selalu belajar harus selalu dimlek hurupkan, sekarang areanya semakin luas,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dindikbud Pandeglang, Olis Solihin mengaku akan melakukan kerja sama dengan Dirjen PAUD, guru PAUD, Lurah/Kades, Camat untuk mendata nama-nama yang masih buta hurup, nantinya guru-guru PAUD akan mengajar pada mereka yang buta hurup.

“Yang buta aksara kan itu orang-orang tua, untuk secara angka masih sulit tapi masih ada itu di daerah-daerah selatan, itu orang-orang tua yang usianya di atas 50 tahun masih ada,” akuinya. (Med/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disiniĀ