Beranda Peristiwa Kematian Ibu dan Neonatal di Banten Tinggi

Kematian Ibu dan Neonatal di Banten Tinggi

Ilustrasi - foto istimewa google.com

SERANG – Jumlah kematian ibu dan neonatal (bayi baru lahir) di Provinsi Banten terbilang tinggi. Pasalnya, setiap minggu 5 orang ibu dan 27 bayi baru lahir meninggal di Banten.

Demikian terungkap saat acara diskusi antara wartawan dan USAID Banten di salah satu hotel di Kota Serang, Kamis (8/11/2018).

Regional Manager USAID Jalin Banten Harris Rambey, mengatakan ada sebanyak 240 ibu meninggal di tahun 2016 atau ada sekitar 5 orang Ibu meninggal setiap minggunya di Provinsi Banten. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Serang dengan jumlah sebanyak 59 kasus.

“Sensus kematian ibu tahun 2015-2017 di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang dan Kota Serang menemukan jumlah kematian ibu yang lebih besar, yaitu 324 kematian. Selain itu, pada tahun 2015, sejumlah 1.380 anak meninggal pada usia 0 – 28 hari. Kabupaten Lebak sebanyak 371 kasus dan Kabupaten Tangerang sebanyak 322 kasus merupakan dua kabupaten dengan jumlah kasus kematian neonatal tertinggi,” ujarnya.

 

Dia menerangkan kematian ibu dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun pasca-persalinan.
Kata dia, dalam setiap tahap pada proses kehamilan sampai pasca-persalinan, seorang ibu memiliki risiko meninggal dunia.

“Studi Banten II yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,dan Kota Serang menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2015-2017, kematian ibu paling banyak terjadi pada masa pasca-persalinan (64%). Sementara itu, 9% kematian terjadi pada saat melahirkan dan 24% kematian terjadi pada saat kehamilan,” paparnya.

Dia menjelaskan sebenarnya sebagian besar kematian ibu dan neonatal dapat dicegah. Kata dia, penyebab kematian ibu di Banten terutama disebabkan oleh pendarahan (38%), dan hipertensi dalam kehamilan (19%).

“Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah kedua kondisi ini. Selain itu, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan juga memegang peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan neonatal. Pada tahun 2015, hampir 15% ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap sepanjang kehamilannya. Selain itu, meskipun pendarahan merupakan penyebab kematian terbanyak, sampai tahun 2015, hanya tersedia 3 Bank Darah rumah sakit dan satu unit transfusi darah di Banten,” jelasnya.

Dikatakan bahwa, layanan kesehatan yang berkualitas dapat berkontribusi menurunkan risiko kematian ibu dan neonatal. Seiring dengan peningkatan ketersediaan layanan kesehatan dan aksesnya, Studi Banten II menunjukkan terjadi pergeseran kematian ibu dari wilayah terpencil dan rural, ke wilayah urban, terutama di fasilitas kesehatan.

“Pada periode tahun 2015-2017, 65% kematian ibu di wilayah Studi Banten II terjadi di fasilitas kesehatan. Kondisi ini menekankan bahwa kemudahan akses terhadap layanan kesehatan perlu diikuti dengan peningkatan kualitas layanan kesehatan,” ujarnya.

Dia menambahkan upaya penurunan kematian ibu dan neonatal memerlukan kontribusi dari semua pihak. Permasalahan dalam bidang kesehatan tidak dapat diselesaikan hanya dengan melakukan perbaikan di sektor kesehatan.

“Hal ini menekankan pentingnya kontribusi seluruh sektor terkait dalam upaya menurunkan kematian ibu dan neonatal. Sebagai contoh, optimalisasi sistem rujukan hanya dapat dicapai dengan perbaikan sistem transportasi dan komunikasi, yang perlu didukung oleh sektor non-kesehatan,” tambahnya. (Dhe/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini