Beranda Pemerintahan Kemasan Aseptik Didorong Jadi Penopang Program MBG di Banten

Kemasan Aseptik Didorong Jadi Penopang Program MBG di Banten

Henky Wibawa, Indonesian Packaging Federation (IPF) Executive Director Ali Murtopo (kiri), Deputi Bidang Perniagaan dan Ekonomi Digital, Kemenko Ekonomi Jusuf Hisjam, Country Sales Manager, LamiPak Indonesia (kanan) (Rasyid/BantenNews.co.id)

SERANG – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat bukan hanya berfokus pada peningkatan gizi pelajar, tetapi juga membuka peluang besar bagi industri pendukung, salah satunya sektor kemasan aseptik.

Untuk diketahui, susu menjadi salah satu komponen utama dalam program ini, namun begitu, rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.

Berdasarkan data yang dihimpun, rata-rata konsumsi susu nasional baru mencapai 16,3 kilogram perkapita pertahun.

Hal itu tertinggal jauh dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina yang mencatat konsumsi 50 hingga 100 persen lebih tinggi.

Melalui MBG, kebutuhan susu nasional diperkirakan melonjak dari 4,4 juta ton menjadi lebih dari 8,9 juta ton pada 2030.

Itu menandakan adanya peluang besar sekaligus tantangan dalam menjaga pasokan, kualitas, dan distribusi di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam konteks ini, kemasan aseptik memegang peranan penting dalam keberlangsungan program tersebut.

Teknologi ini diklaim dapat memungkinkan produk susu disimpan hingga satu tahun tanpa pendinginan, menjadikannya solusi ideal bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang masih menghadapi keterbatasan infrastruktur distribusi.

“Kemasan aseptik sangat cocok untuk mendukung program MBG karena mampu menjaga kualitas susu selama 6 hingga 12 bulan tanpa pendinginan,” ujar Henky Wibawa, Direktur Eksekutif Indonesian Packaging Federation (IPF), Kamis (30/10/2025).

Ia menambahkan, limbah kemasan aseptik kini juga mulai diolah menjadi berbagai produk bernilai guna, seperti furnitur dan bahan bangunan ringan.

Sementara, dari sisi gizi, Prof. Epi Taufik, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN), menilai program MBG memiliki multiplier effect bagi perekonomian nasional di Indonesia.

“Program ini bukan hanya sarana peningkatan gizi, tetapi juga edukasi lingkungan. Masyarakat bisa belajar memilah, mendaur ulang, dan memanfaatkan kembali kemasan menjadi produk bermanfaat,” ujarnya.

Baca Juga :  Sopir Bus di Pandeglang Keluhkan Larangan Mudik Lebaran

Senada, Ali Murtopo, Deputi Bidang Perniagaan dan Ekonomi Digital, menilai potensi industri kemasan aseptik Indonesia terus tumbuh, seiring meningkatnya kebutuhan industri makanan dan minuman, serta tren gaya hidup sehat dan praktis di kalangan kelas menengah.

“Pemerintah berkomitmen memperkuat daya saing industri kemasan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor,” paparnya.

Selama lebih dari lima dekade terakhir, Indonesia sepenuhnya bergantung pada impor kemasan aseptik. Namun demikian, geliat industri dalam negeri mulai tampak bermunculan.

Deningga, nilai industri kemasan nasional meningkat dari Rp87,6 triliun pada 2022 menjadi Rp93,2 triliun di 2023, dan menembus Rp100 triliun pada akhir 2024.

Kini, pasar kemasan aseptik bahkan diperkirakan tumbuh 24 persen dalam lima tahun ke depan, menjadikan Asia Tenggara salah satu kawasan dengan pertumbuhan salah satu yang tercepat di dunia.

Salah satu motor penggerak industri ini adalah LamiPak Indonesia, perusahaan asal Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia sejak Mei 2022 dengan nilai investasi awal mencapai Rp3 triliun.

Perusahaan itu mulai beroperasi komersial pada April 2024 dengan kapasitas produksi 12 miliar kemasan per tahun, dan sejak 1 Agustus 2025 telah mencapai kapasitas penuh 21 miliar kemasan per tahun, termasuk produksi sedotan kertas.

“Kami mendukung Program MBG melalui penyediaan kemasan aseptik yang aman, berkualitas, dan diproduksi di dalam negeri,” ujar Anton Hui, Managing Director LamiPak Indonesia.

Menurutnya, inovasi dalam kemasan bukan hanya menjaga keamanan produk, tetapi juga mendorong ketahanan pangan dan kesadaran gizi nasional.

Melalui investasi dan inovasi berkelanjutan, LamiPak memastikan misi untuk memperkuat kemandirian industri nasional, mengurangi ketergantungan impor, serta mendorong terciptanya masyarakat yang lebih sehat dan berdaya saing.

Penulis : Rasyid
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd