 Karaton 5 di Kampung Parung Sentul, Kelurahan Karaton, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kondisinya sungguh memprihatinkan. Disaat sekolah-sekolah lain sibuk menolak pendaftaran siswa karena terlalu banyak, di sekolah ini malah tidak ada siswa yang mau mendaftar.){kind=link}
PANDEGLANG – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karaton 5 di Kampung Parung Sentul, Kelurahan Karaton, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten kondisinya sungguh memprihatinkan. Disaat sekolah-sekolah lain sibuk menolak pendaftaran siswa karena terlalu banyak, di sekolah ini malah tidak ada siswa yang mau mendaftar.
Kepala SDN Karaton 5, Tati Patmawati mengatakan, pada tahun lalu hanya ada 2 orangtua siswa yang mendaftarkan anak mereka ke sekolah ini. Namun pada tahun ini hingga mendekati batas akhir pendaftaran belum ada satupun orangtua siswa yang mendaftarkan anak mereka ke sekolah tersebut.
Menurut Tati, keengganan orangtua siswa mendaftar anak mereka ke sekolah ini karena kondisi sekolah yang kurang layak dan fasilitas yang tidak memadai sehingga para orangtua lebih memilih ke sekolah yang lebih memadai.
“Tahun ini belum sama sekali, mungkin karena masyarakat melihat kondisi sekolah dan ingin anaknya bersekolah di tempat yang lebih baik,” kata Tati, Senin (7/7/2025).
Tati mengungkap, jumlah siswa dari kelas 1 hingga kelas 5 hanya tinggal 31 orang. Kondisi tersebut menjadi kekhawatiran pihak sekolah. Ia mengaku akan tetap menerima siswa meskipun hanya 1 atau 2 orang saja yang nantinya datang untuk mendaftar.
“Walau satu dua orang, kami tetap akan menerima saja. Kami sangat mengharapkan murid baru lebih banyak lagi untuk tahun ke depannya. Saya sebagai kepala sekolah, kalau kecewa tidak, kalau sedih agak sedih mungkin ya. Melihat kondisi sekolah seperti ini dinas sepertinya tutup mata,” ungkapnya.
Situasi ini diperparah oleh isu merger yang sempat beredar beberapa waktu lalu, meskipun wacana tersebut akhirnya tidak jadi. Namun, Tati menilai masyarakat tetap enggan mendaftarkan anak mereka setelah melihat langsung kondisi fisik sekolah yang sangat memprihatinkan dan minim fasilitas.
“Dari situ juga mungkin menilai siapa yang mau masuk sekolah ke sini. Harapan kami ke depan, jika tidak mendapatkan murid dan murid juga tinggal 31, saya mengharapkan di-merger. Mohon kepada pemerintah pusat dan daerah, mohon diperhatikan,” tukasnya.
Penulis : Memed
Editor : Usman Temposo
