Beranda Kesehatan IDI Ajak Masyarakat Bersatu Akhiri Pandemi

IDI Ajak Masyarakat Bersatu Akhiri Pandemi

Ilustrasi - foto istimewa Tribunnews.com

JAKARTA – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengajak masyarakat bekerja sama dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama satu tahun.

Ketua Umum PB IDI dr. Daeng M. Faqih, M.HKes mengatakan kerja sama masyarakat sangat mendukung dalam penanganan pandemi.

Ketua Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Covid-19 itu mencontohkan dari semua mitigasi negara-negara yang berhasil, tampak jelas bila kerja sama masyarakat sangat perlu, seperti yang dilakukan Cina, Hong Kong, dan Cina Taipei yang tergolong berhasil cepat menjaga kestabilan dan memutus mata rantai pandemi SARS-Cov-1 pada tahun 2003. Seluruh warga masyarakat di tiga negara tersebut terlihat jelas disiplin dan mampu bekerja sama dalam menanganai virus.

“Pemerintah harus benar-benar mengkaji profil COVID-19 saat ini agar usaha mitigasi penyebaran COVID-19 yang telah diterapkan menjadi efisien dan efektif,” papar dr. Daeng M. Faqih, MHKes dalam keterangan persnya pada Rabu (10/3/2021).

Daeng juga mengungkapkan selain pentingnya masyarakat bersatu dalam mengakhiri pandemi, laporan dari lapangan memberi sinyal kuat bahwa yang memimpin penyelesaian pandemi adalah ilmu pengetahuan. Negara dengan latar belakang politik apapun mengikuti sains terbaru untuk menyelesaikan pandemi.

Sejauh ini banyak sekali opini dan spekulasi yang malahan menjauhkan dari penanganan pandemi yang benar terutama dari sudut pandang politik.

“Saatnya kita kembali ke ilmu pengetahuan yang benar,” ungkap Daeng.

Dalam kesempatan ini lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang itu menyatakan saat ini masyarakat pun harus mengetahui ada ya virus varian baru Covid-19 yang berkembang dan ditemukan di Inggris. Varian baru itu adalah N439K yang sudah menyebar di lebih 30 negara. Sebelumnya pemerintah kita mengumumkan adanya varian B.117.

PB IDI mengimbau agar masyarakat harus mengetahui agar dapat menjaga diri atau mewaspadai dari varian baru yang memiliki sifat berbeda dengan virus yang pernah ada.

“Varian N439K ini ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi,” papar Daeng.

Terkait penggunaan masker, Daeng yang sempat kuliah di Jurusan Kimia Fakuktas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) tak bosan-bosan mengingatkan penggunaan penutup hidung dan mulut tersebut, terutama di tempat umum bersifat wajib. Tentu saja, penggunaan masker secara benar dan sesuai sehingga dapat melindungi dari penularan dan tertular hingga 90%.

Daeng membeberkan data bahwa rata-rata laporan menunjukkan 1 orang dari 3 orang terinfeksi tidak bergejala, bahkan dari kumpulan laporan-laporan berbagai negara menunjukkan antara 5% hingga 80% orang yang dites positif SARS-CoV-2 mungkin tidak menunjukkan gejala (Heneghan, et al, 2020).

Hal yang menyulitkan dalam pengendalian karena tidak mungkin setiap hari semua orang di test. Selain itu, kemampuan pembentukan antibodi pun ternyata bersifat individual baik pasca terinfeksi maupun pasca imunisasi.

“Maka selain vaksinasi Covid-19 ketaatan terhadap protokol kesehatan dan upaya menurunkan viral load sangat diperlukan untuk mengakhiri pandemi,” kata Daeng menggaris bawahi pernyataannya. (Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini