KAB. TANGERANG – Gerbang Pasar Pelangi di Kelurahan Sepatan, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang, dibongkar oleh kontraktor proyek PT Indoteknik Pembangunan (IP).
Yang menjadi kekesalan para pedagang setempat, pembongkaran yang dilakukan pada Jumat (4/12/2020) lalu itu tanpa dilakukan koordinasi sebelumnya.
Ketua Koperasi Tunas Pondok Jaya dan sekaligus Ketua Penguyuban Pedagang Pasar Pelangi, Mohammad Jembar mengatakan, dirinya sangat kecewa atas tindakan kontraktor PT IP yang melakukan pembongkaran untuk pemasangan beton tanpa adanya musyawarah kepada pihak koperasi maupun paguyuban.
Menurut dia, tindakan tersebut terkesan layaknya seperti memakai pola premanisme dan tidak mematuhi mekanisme birokrasi yang baik. Padahal kontraktor tersebut memegang proyek puluhan miliar bersumber dari APBN.
“Gerbang utama jalan dipakai dan niat baik kontraktor di awal tidak ada, seperti melakukan upaya musyawarah atau sosialisasi tingkat muspika tidak ada itu,” ujar Jembar kepada BantenNews.co.id, Senin (7/12/2020).
Bangunan gerbang pasar kata Jembar menggunakan dana koperasi para pedagang yang notabenenya milik masyarakat. Dirnya mengklaim atas terjadinya pembongkaran itu pihak koperasi mengalami kerugian sebesar Rp40 juta.
Jembar mengaku akan menempuh jalur hukum atas pembongkaran gerbang Pasar Pelangi yang dilakukan PT IP baik secara perdata maupun pidana.
“Kita akan somasi, itu kan dibangun pake uang rakyat, dan apa yang dilakukan oleh PT IP terbilang sudah semena-mena. Untuk pidana pasal 170 kita akan laporkan ke Polres Metro Tangerang Kota,” katanya.
Menurut Jembar, pihaknya sudah mencoba menghubungi pihak PT IP untuk meminta pertanggung jawaban, namun sampai saat ini masih belum ada kejelasan, terkait ganti rugi tersebut.
“Kami tidak keberatan bila memang untuk kebaikan, tapi caranya jangan gaya preman melakukan tindakan yang tak patut dilakukan. Mereka pernah mengatakan akan mengganti, tapi tidak ada bukti secara tertulis,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Sepatan Dadang Sudrajat mengatakan, bahwa dia tidak mengetahui. Namun, katanya hal itu merupakan kurangnya komunikasi. Pasalnya, tidak mungkin jika pembangunan proyek nasional tidak ada pembicaraan.
“Saya tidak tahu persoalannya, tetapi tidak mungkin tidak ada koordinasi di awal, kan saat pembongkaran banyak orang,” ujar Dadang melalui telepon seluler.
(Ren/Red)