PANDEGLANG – Budidaya tanaman talas beneng kini memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan. Pasar ekspor terhadap daun dan umbinya sangat terbuka lebar. Awalnya talas beneng tumbuh secara liar di lereng-lereng dan kaki Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, namun kini budidaya talas beneng terus dikembangakan baik dari luas lahan budidaya maupun ketersediaan bibit.
Seperti Dedi petani talas beneng asal Mandalawangi Pandeglang Banten, ia mengaku mempunyai lahan seluas 30 hektar, 10 hektar diantarannya telah berhasil ia tanami dan 2 hektar lagi dijadikan lahan khusus untuk pembibitan.
“Kami ada lahan 30 hektar, 10 hektar sudah ditanami, 2 hektar dikhususkan untuk pembibitan dan sisanya nanti akan kita tamami juga,” kata Dedi melalui siaran tertulis, Jumat (18/12/2020).
Menurut Arum Kusnila Dewi, Kepala Karantina Pertanian Cilegon, pembibitan memegang peranan penting dalam rangka perluasan tanam dan menjaga mutu tanaman sesuai varietas lokal Talas Beneng.
“Secara umum perbanyakan tanaman talas beneng bisa dari umbi susu, tunas umbi bonggol atau cacahan kulit hingga mahkota namun juknis dan standar operasional prosedur (SOP) baku pembibitan dibuat oleh BPTP,” jelas Arum.
Lebih lanjut Arum menjelaskan, budidaya talas beneng memiliki kelebihan sifat tanaman yang mudah beradaptasi dilahan naungan atau dapat ditumbuh baik di sela tanaman lainnya.
Produk organik lokal sumber daya genetik khas alam gunung Karang Pandeglang Banten sangat mudah dibudidayakan dan beradaptasi. Talas beneng sangat mudah untuk diturunkan menjadi produk seperti daun rajang kering untuk bahan rokok, umbi dapat diolah menjadi aneka kripik ataupun digiling menjadi tepung talas.
(Red)