Beranda Opini Gaya Politik ala Nahdliyin, Memberi Solusi Menurunkan “Tensi”

Gaya Politik ala Nahdliyin, Memberi Solusi Menurunkan “Tensi”

Suroj Albantani, Ketua Umum PERGUNU Kota Cilegon

Oleh : Suroj Albantani, Ketua Umum PERGUNU Kota Cilegon

Menyoroti Fenomena Organisasi besar ke agamaan warga Nahdliyyin di kota cilegon menjadi daya tarik tersendiri, dalam kiprahnya organisasi NU dan banom ( Ansor, fatayat, muslimat, Pergunu, Hisnu dan lain lain) menjadi bidikan dalam bidang politik,ekonomi sosial dan budaya yang ada di kota Cilegon

Pileg 2024 Meski mungkin tak Sekeras dan tak Sepedas Pilpres 2019, tetap saja kita wajib waspada untuk senantiasa menjaga ibu Pertiwi ini dari adanya polarisasi politik yg mengancam keutuhan bangsa agar tidak terbelah/terpecah menjadi dua, tiga kelompok yg sedikit demi sedikit akan menggerogoti dan mendegradasi persatuan dan kesatuan bangsa yg kita cintai ini.

Kenapa demikian? Tengok saja bermunculannya “Pahlawan” yang menjelma menjadi “malaikat” bagi kelompoknya dan menjadi “fredator” bagi kelompok lainnya, setiap mereka mempunyai dalil dan landasan yg “kuat” dan “suci” untuk “berjihad” bagi kelompoknya dan sebaliknya digunakan sebagai senjata untuk “menguliti”, menyerang serta “menghabisi” kelompok lainnya.

Mengapa Orang baik terpecah karena berbeda pilihan Politik?…. Tengoklah bahasa langit yg digunakan dengan penuh hiperbola untuk membela kelompoknya, dan tengok pula bahasa sarkasme yg dipilih untuk menjust kelompok lainnya dengan penuh litotes.

Hoax dengan berbagai narasi dan modifikasi bertebaran dijagat maya, masif tak terkendali merusak sistem otak/saraf kita… entah dari antah berantah sumbernya juga abai akan kevalidannya tanpa melakukan chek and richek, checks and balance, sortir and filterasi.

Itukah moralitas? Itukah agama? Itukah adat istiadat dan budaya bangsa?… Tanpa terasa kadang kita masuk dlm arena itu, dengan mudah dan lantang berteriak “Kelompok Kitalah Yg Bermoral”, “Kelompok Kitalah Yg Agamis”, “Kelompok Kitalah Yg Benar”… Jelas saja, jika hasil penelitian tentang literasi digital, Culuture literacy kita ternyata mundur merosot jongkok.

Di bulan-bulan Politik ini, Tagline/Branding/ Statement/Narasi Ba Post Truth bertubi tubi tak henti dan tak terkendali, meski di alam Maya, namun mampu membrain wash unconscius Kita, agar terbangun stigma dan public opinion hingga yang tampak dipermukaan adalah gelombang kebaikan, kebenaran dan kesucian. Bisa jadi impact dari itu memicu seseorang menjadi “Lone Wolf”, lebih tepatnya menjadi para “jihadis” bagi kelompoknya.

Saudara sahabat, Bagi kita sebagai garda terdepan komunitas ilmiah dan masyarakat intelektual, terlebih dibulan2 politik ini, sudah sewajibnya kita mampu menginternalisasikan dan mengejawantahkan Niliai2 Agama, Adat Istiadat dan Budaya Bangsa Yg Penuh dengan Moderasi, Toleransi, Saling Menghargai dan saling mengasihi tanpa saling menyakiti dan memusuhi antar sesama saudara setumpah darah.

Bahwa menjadi Timses, pendukung, simpatisan dlm ranah politik itu adalah hak setiap warga negara dan tentu baik, karena itu pertanda pendidikan politik kita semakin cerdas dan semakin care atas hajat politik bangsa. Namun memelihara dan menjaga kerukunan serta keharmonisan persaudaraan antar sesama adalah kewajiban terwajib dan terutama diatas hasrat politiknya dan diatas segala kepentingan apapun.

Tidak sedikit “Kreatifitas” Narasi teks or sound dikolaborasi dg Short Video or Video Modif Dari oknum tak bertanggungjawab dg kemampuan literasi digital yg beragam dan tentu dg latarbelakang dukungan politik yg beraneka. Menyaksikannya sungguh sangat unik, menggelikan, menggelitik dan kadang menarik hati untuk mengkitisi, “Hasrat”nya sangat tinggi dlm menshare atau memviralkan segala sesuatu yg entah dari antah berantah tadi, dan entah nemploknya di ruang medsos apapun tak terkecuali di groups2 wa yg diikuti… terpenting “libido” politikNya tersalurkan.

Saudara dan Sahabat… tiada bermaksud untuk menggurui, sekedar sharing saja… Bahwa Untuk meminimalisir Ke”Alfa”an kita dalam bermedsos, Setidaknya tiga formula yg dpt kita lakukan dlm bermedsos, yaitu: 1). Be Safe: (Protect Yourself and Others.. Lindungi diri dan orang lain dlm bermedsos tentu dengan etika, sikap, ucapan/perkataan dan perilaku yg etis baik dan beradab), 2) Be Savvy. (Educate Yourself and Others.. jadikan medsos sbg media strategis untuk menjadi pembelajar dan pendidik sepanjang hayat), 3) Be Social (Respect Yourself and Others.. Medsos adalah sarana tanpa batas untuk membangun empati thp sesama).

Saudara sahabat mari kita berikan teladan diruang Maya ini dengan menjadi seorang Netizen Yg Medsosul Karimah atau setidaknya andai kadung menjadi seorang buzzer, jadilah seorang buzzer yg baik dan benar. Baik Menyampaikannya dan Benar Informasinya.

Terkhusus Bagi yg mengaku Warga Nahdliyin sewajibnya kita mampu menginternalisasikan dan mengejawantahkan pedoman berpolitik Jam’iyah ini pada ruang manapun tak terkecuali di ruang digital. (Tengok: Sembilan butir pedoman berpolitik warga NU yang dicetuskan pada Muktamar NU XVIII di Krapyak Yogyakarta tahun 1989).

Beberapa butirnya antara lain: Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati, serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama.

Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus nasional, dan dilaksanakan sesuai dengan akhlaqul karimah sebagai pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan.

Wallahu’ muwafiq ila aqwami thariq

Mudah mudahan Saudara, Sahabat, Warga Nahdliyyin serta warga kota Cilegon Semua, Senantiasa Sehat, bahagia dan berkah Sepanjang Hayat.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini