SERANG – Semangat menggali akar sejarah dan identitas lokal mengemuka dalam peluncuran dan bedah buku “Urang Banten: Sejarah, Islam, dan Identitas” yang digelar pada Kamis (8/5/2025).
Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN SMH Banten, serta Lembaga Bantenologi.
Bertempat di Aula Fakultas Ushuluddin dan Adab, kegiatan berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga selesai, dengan dihadiri ratusan peserta dari kalangan akademisi dan mahasiswa lintas fakultas. Antusiasme peserta terlihat jelas sejak sesi pembukaan hingga diskusi berlangsung hangat dan interaktif.
Dua narasumber utama yang hadir memperkaya diskusi, yaitu Prof. H.M.A. Tihami, Guru Besar Antropologi UIN SMH Banten, dan Stéphane Lacroix, Associate Professor Ilmu Politik dari Sciences Po Paris sekaligus peneliti di CERI, membawa perspektif lokal dan global dalam membedah isi buku.
Yanwar Pribadi, editor sekaligus salah satu penulis buku, membuka diskusi dengan pemaparan tentang semangat dan visi di balik penerbitan buku setebal 259 halaman ini. Diterbitkan oleh A-Empat, buku ini merupakan bunga rampai tulisan dari sepuluh penulis lintas disiplin yang mengangkat sejarah, budaya, dan dinamika sosial masyarakat Banten.
“Buku ini menyajikan pendekatan multidisipliner—dari sejarah, antropologi, sosiologi, arkeologi, hingga linguistik—untuk menyusun narasi komprehensif mengenai identitas urang Banten. Ia merekam denyut nadi kekuasaan, ideologi, hingga peran sosial-politik aktor lokal seperti jawara, kyai, dan tarekat,” jelas Yanwar.
Tak hanya itu, aspek yang sering luput dari sorotan juga mendapat ruang, seperti studi dialek lokal, peran perempuan dalam aktivisme publik, serta kontribusi organisasi Islam seperti Mathla’ul Anwar dan Al-Khairiyah dalam pendidikan di Banten.
Prof. Tihami dalam pemaparannya menekankan pentingnya menelusuri akar sejarah dan budaya Banten sebagai pondasi identitas Islam lokal yang inklusif dan dinamis. Sedangkan Stéphane Lacroix menyoroti posisi unik Banten dalam peta politik Islam di Indonesia, seraya mengapresiasi keberanian buku ini dalam membuka diskursus identitas dari kacamata lokal.
“Jika Banten adalah panggung kebudayaan, maka urang dan wong Banten adalah para aktornya. Buku ini menyampaikan kisah harmoni dan kehangatan budaya mereka dengan cara yang lembut dan menyentuh,” tulis Prof. Tihami dalam kata pengantar buku tersebut.
Dalam wawancara usai acara, Prof. Tihami menyebut buku ini sebagai langkah awal yang menjanjikan. “Ini sudah sangat informatif, namun tetap terbuka untuk pengembangan lebih lanjut. Masih banyak sisi Banten yang belum tergali,” ujarnya.
Ia pun mendorong para mahasiswa dan akademisi untuk terus meneliti dan menulis tentang Banten. “Wilayah ini adalah belantara riset yang tak akan pernah habis dijelajahi,” tutupnya.
Penulis : Ade Faturohman
Editor: Usman Temposo