Beranda Kesehatan Dinkes Pandeglang Temukan 85 Kasus Suspek DBD, Masyarakat Diimbau Waspada

Dinkes Pandeglang Temukan 85 Kasus Suspek DBD, Masyarakat Diimbau Waspada

Ilustrasi - foto istimewa merdeka.com

PANDEGLANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang menemukan sebanyak 85 kasus suspek Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Januari 2024 ini. Kasus tersebut ditemukan berdasarkan laporan kewaspadaan penyakit yang masuk ke Dinkes Pandeglang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) pada Dinkes Pandeglang, Dian Handayani mengatakan, berdasarkan laporan program DBD dari setiap puskemas jumlah pasti kasus DBD baru bisa diketahui pada 5 Februari 2024 mendatang.

“Kalau laporan program DBD biasanya kami setiap bulan. Nah biasanya teman-teman puskemas memberikan laporan di awal bulan pada tanggal 5, berarti laporan bulan Januari baru bisa diketahui pada 5 Februari. Jadi kalau bertanya bulan ini berapa kami juga belum tahu angka pastinya berapa. Tapi memang kami punya laporan W2 atau laporan kewaspadaan penyakit, nah didalam laporan itu ada 85 orang suspek (DBD) sedangkan untuk diagnosa akhir kami belum tahu,” katanya, Selasa (19/1/2024).

Menurut Dian, jumlah 85 kasus suspek DBD tidak terfokus di 1 wilayah melainkan tersebar di semua puskesmas. Selain itu, jumlah suspek DBD juga tidak tinggi di hanya rata-rata 4-5 orang di setiap puskesmas.

Ia menerangkan, banyaknya suspek DBD disebabkan karena musim pancaroba dimana pada musim pancaroba banyak tempat yang digunakan oleh nyamuk untuk berkembang biak.

“Ini sudah masuk musim pancaroba, justru di Desember 2023 musim pancarobanya jadi sudah ada hujan terus panas dan musim hujan kembali menyebabkan tempat berkembang biak nyamuknya lebih banyak. Kadang di kaleng bekas, botol bekas dan lainnya, tapi untuk diperkotaan malah kadang di dispenser dan belakang kulkas. Kadang kita berpikir itu tidak mungkin ada dibelakang kulkas malah ditemukan,” terangnya.

Dian mengaku saat ini setiap puskesmas sudah dibekali pengetahuan untuk memberikan pertolongan pertama pada kasus suspek DBD. Namun jika puskemas merasa tidak sanggup menangani baru pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan lengkap peralatannya. Selain penanganan untuk pasien, setiap puskemas juga sudah diberikan alat fogging yang bisa digunakan ketika ada daerah atau rumah warga yang harus dilakukan fogging.

“Kami di setiap puskesmas ada pengelola program DBD, kami sudah bekali ilmu dan alatnya jadi puskemas bisa memberikan pertolongan pertama tapi kalau harus dirujuk ke rumah sakit baru dirujuk. Alat fogging kami juga sudah memberikan alat dan melakukan pelatihan jadi puskemas bisa melaksanakan secara mandiri, permohonan fogging juga sekarang cukup di puskemas,” jelasnya.

Ia menambahkan, sejauh ini petugas fogging juga sudah melakukan fogging di beberapa kecamatan untuk menekan angka suspek DBD di Pandeglang.

“Fogging kami sudah melakukan di Pagadungan, Panimbang, Saketi, Pandeglang, Sobang dan beberapa kecamatan lain. Mereka (puskemas) sekarang sudah bisa melakukan sendiri jadi mereka tidak selalu minta pendampingan dari Dinkes kecuali areanya luas baru minta bantuan kami,” tutupnya. (Med/Red)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini