Beranda Advertorial Dinkes Banten Optimis 2024 Rangkasbitung Zero Stunting

Dinkes Banten Optimis 2024 Rangkasbitung Zero Stunting

Dinas Kesehatan Provinsi Banten melakukan monitoring pelaksanaan Banten Cegah Stunting (BAGAS) di Kantor Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa (28/6/2022).

SERANG- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten melakukan monitoring pelaksanaan Banten Cegah Stunting (BAGAS) di Kantor Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa (28/6/2022). Dalam kegiatan tersebut hadir jajaran Dinkes Provinsi Banten, Dinkes Kabupaten Lebak, Ketua Komisi V DPRD Banten Yeremia Mendrofa, jajaran Puskesmas, kader Posyandu dan Pemerintah Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.

Di tempat terpisah, Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergotong-royong menyukseskan program Banten Cegah Stunting (BAGAS). Untuk mendukung program tersebut, tak hanya pemerintah daerah, peran banyak pihak pun dibutuhkan untuk mengejar target penurunan angka stunting nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergotong-royong untuk menurunkan dan mencegah stunting di wilayah Rangkasbitung. Sehingga pada 2024 di Kabupaten Lebak, khusunya di Kecamatan Rangkasbitung bisa zero stunting,” kata Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti.

Dinas Kesehatan Provinsi Banten juga melakukan intervensi spesifik, dengan meningkatkan pemberian vitamin, tablet tambah darah pada ibu hamil, pemberian zink dan vitamin A kepada anak.

Kepala Puskesmas Mekarsari Juanda mengatakan saat ini pihaknya terus memberikan edukasi dan penyuluhan kepada para kader di wilayah Puskesmas Mekarsari seperti di Desa Nameng, Citeras dan Mekarsari.

“Upaya yang dilakukan dengan memberikan makanan tambahan, dan menggandeng beberapa perusahaan untuk memberikan CSR-nya untuk warga yang mengalami stunting. Seperti makanan bergizi dari puskesmas juga memberikan penyuluhan dan makanan tambahan dan memantau status warga yang stunting,” ujarnya.

Dikatakan Juanda, penyebab stunting bukan melulu soal kesehatan tapi juga kemampuan di masyarakat. “Kami harap seluruh instansi dan elemen terlibat untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan warga Kecamatan Rangkasbitung, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Mekarsari,” ujarnya.

Camat Rangkasbitung, Yadi Basari Gunawan mengatakan pihaknya berharap kepada pemerintah Provinsi Banten memberikan tambahan anggaran untuk fokus menangani stunting di wilayah Kecamatan Rangkasbitung. “Upaya kecamatan, bahwasanya pecegahan ini tidak hanya dilaksanakan oleh Dinkes (Provinsi Banten), tetapi harus dilaksanakan juga oleh semua pihak dan rekan-rekan puskesmas sampai desa. Tujuannya memberikan arahan-arahan terkait dengan penanganan pencegahan stunting,” ujarnya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Nurul Hakim menjelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Hal itu disebabkan oleh kurangnya asupan gizi seimbang dalam waktu lama.
Penyebab lain karena terjadinya infeksi berulang dipengaruhi pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK.

“Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar. Stunting baru nampak setelah anak berusia dua tahun,” ujarnya.

Ketua Komisi V DPRD Banten Yeremia Mendrofa mengatakan pihaknya akan menjembatani kebutuhan dalam pencegahan stunting dari sisi anggaran khususnya untuk desa dan para kader posyandu di Kabupaten Lebak. Pihaknya akan meminta Pemprov Banten dan pemerintah pusat untuk memberikan porsi anggaran yang lebih besar.

“Kedepan kita dalam pembahasan mudah-mudahan didukung oleh kapasitas APBD,” ujarnya.
(Advertorial)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini