Beranda Opini Digitalisasi UMKM Menghadapi Resesi 2023

Digitalisasi UMKM Menghadapi Resesi 2023

Produk UMKM Kota Tangerang - foto istimewa

Oleh : Farah Naili Zulfa

Resesi adalah ketika ekonomi suatu negara berjalan buruk, dengan penurunan PDB, lebih banyak orang kehilangan pekerjaan, dan pertumbuhan ekonomi lebih lambat selama dua kuartal berturut-turut. Index Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,7% pada tahun 2023. Ini berarti bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) akan menjadi sekitar 0,2% lebih kecil dari perkiraan awal IMF pada bulan Juli lalu.

Terdapat tiga alasan mengapa ekonomi global tidak berjalan sebaik yang seharusnya. Pertama, perang di Ukraina telah membuat segalanya menjadi tidak stabil dan mahal. Kedua, biaya hidup yang semakin parah, dan ketiga, ekonomi China melambat. Semua hal ini menimbulkan masa sulit bagi semua negara. Selain itu, harga gas naik empat kali lipat sejak tahun 2021 dan harga pangan juga naik karena konflik antara Rusia dan negara lain.

Index Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa inflasi global akan mencapai puncaknya pada akhir tahun 2022, dan kemudian secara bertahap menurun selama beberapa tahun ke depan. Pada 2023, diperkirakan inflasi sebesar 6,5% dan kemudian turun menjadi 4,1% pada 2024. Dalam menghadapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia berencana untuk membantu mengurangi dampak resesi dengan memperkuat rantai distribusi makanan dan menciptakan lapangan pekerjaan, seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Presiden RI, Joko Widodo (2022) juga telah memberikan arahan untuk melakukan pengembangan UMKM. Peran UMKM sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai lebih dari 90% dari keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM terhadap PDB juga mencapai lebih dari 60%, dan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah sebesar lebih dari 90% dari total penyerapan tenaga kerja nasional.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dari perekonomian negara hal ini dikarenakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mampu menciptakan banyak lapangan kerja. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini juga memiliki banyak potensi untuk mengekspor produk mereka, yang mana hal tersebut membantu menjaga perekonomian tetap berjalan selama perlambatan.

Pada dasarnya, UMKM di Indonesia masih belum banyak yang mengenal digitalisasi UMKM. Mereka masih bertumpu pada membuat usaha yang hanya dipasarkan pada masyarakat sekitar tempat usaha tersebut berdiri bukan kepada masyarakat luas. Sehingga hal ini menjadi urgensi bagi Indonesia dalam meningkatkan jangkauan distribusi UMKM tersebut, terlebih di masa era digital ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk UMKM tersebut.
Perkembangan teknologi digital telah menyebabkan peningkatan belanja online.

Hal itu dikarenakan sebagian orang lebih cenderung membeli barang secara online pada era digital. Platform perdagangan elektronik berjalan dengan baik karena orang lebih suka menggunakannya untuk berbelanja dan bertransaksi dibandingkan harus membeli secara langsung karena berbelanja online lebih praktis. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (2021) mengatakan bahwa transaksi platform perdagangan elektronik meningkat sekitar 12% pada Februari dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut menjadi sebuah peluang untuk mendigitalkan UMKM.

Melalui digitalisasi UMKM diharapkan produsen dapat menjadi lebih kompetitif dan memperluas pasarnya. Hal ini juga dilakukan melalui program-program yang membantu UMKM meningkatkan kapasitas produksi, menjadi lebih efisien, dan mencari pasar baru. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah metode pembiayaan yang bisa dinikmati pelaku UMKM. Program tersebut mencakup bantuan insentif dan pembiayaan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Kemudian ada juga program fasilitasi layanan digitalisasi pemasaran UMKM, penguatan wirausaha alumni program Kartu Prakerja melalui pembiayaan KUR, serta strategi jangka panjang menaikkan kelas UMKM melalui UU Cipta Kerja. Pemerintah akan terus mendorong penciptaan nilai ekonomi baru untuk menghadirkan UMKM dalam ekonomi digital.

Bank Indonesia juga mendukung adanya program digitalisasi UMKM ini melalui empat program, yaitu:
1) e-Farming
Merupakan Digital Farming yang memanfaatkan teknologi digital pada pertanian untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi biaya (hulu) dan perluasan pasar (hilir).

2) e-Commerce
Dalam hal ini terdapat Onboarding UMKM yang melakukan perluasan pemasaran UMKM melalui berbagai saluran pemasaran digital melalui penguatan Digital Skill & Mindset, Digital Presence, Digital Marketing, dan Digital Operation. Selain itu ada juga e-Commerce Ekspor UMKM yang melakukan perluasan pemasaran UMKM ke pasar global melalui saluran pemasaran digital e-commerce cross border sehingga hal ini dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekspor produk Indonesia. Selain itu dapat pula memanfaatkan peluang integrasinya melalui Global Value Chain (GVC) maupun Global E-Commerce (GEC). Integrasi UMKM ke dalam GVC dapat dilakukan dalam bentuk ekspor tidak langsung melalui agregator domestik maupun perusahaan afiliasi asing.

3) Pendukung Financing
Melalui program SIAPIK yaitu aplikasi digital bagi UMKM untuk menyusun laporan keuangan sebagai referensi bank dalam menganalisis kelayakan pembiayaan UMKM.

4) e-Payment
Merupakan saranan pembayaran digital untuk memudahkan transaksi UMKM sebagai entry point ke dalam ekosistem ekonomi dan keuangan digital.
Digitalisasi UMKM ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia yang mana lapangan kerja yang tersedia akan semakin banyak serta aliran dana yang masuk juga akan semakin besar mengingat luasnya jaringan pasar pada digitalisasi ini. Resesi yang dikhawatirkan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang mengharuskan kita sebagai masyarakat bangsa untuk turut serta dalam menghindari adanya resesi tersebut. Dengan adanya digitalisasi UMKM ini tentunya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi dunia ditengah terjadinya resesi. Konsumen akan membeli produk pada UMKM ini sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Upaya digitalisasi UMKM diharapkan dapat memajukan UMKM, meningkatkan jumlah UMKM di Indonesia dan tentunya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, semakin banyak lapangan pekerjaan yang dibuka sehingga angka pengangguran dan kemiskinan di negeri ini dapat menurun. (*)

Penulis adalah Mahasiswi Ilmu Ekonomi Pembangunan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini