CILEGON – Aktivitas pembangunan konstruksi proyek Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project), sebuah kompleks pabrik petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) melalui kerja sama antara kontraktor utamanya Lotte Engineering & Construction dan Hyundai Engineering & Co Ltd menuai protes warga yang berasal dari berbagai lingkungan di Kelurahan Rawaarum, Gerem dan Warnasari.
Masyarakat menuntut komitmen manajemen PT LCI untuk menyelesaikan dampak kesehatan dan gangguan ketenteraman yang telah rutin dialami warga akibat keberadaan perusahaan asal Korea Selatan itu di antara ketiga Kelurahan tersebut, belum lagi dampak yang akan ditimbulkan akibat proyek konstruksi yang baru berjalan.
“Jangankan berpikir bagaimana masyarakat kami dapat terlibat di dalam proyek pembangunan itu, (solusi) persoalan trauma di masyarakat kami yang telah mengalami banjir dampak dari pembangunan, batuk pilek dan sesak napas akibat polusi debu dan pasir saja sampai saat ini belum direalisasikan oleh PT Lotte. Untuk itulah kami berangkat untuk melakukan aksi mulai besok, selama tiga hari berturut-turut di depan kompleks perusahaan,” ungkap Ketua Harian Forum Rawaarum Bersatu (FRB), Taufiqqurochman Waisul dalam keterangan persnya, Minggu (22/5/2022).
Dikatakan, aksi unjuk rasa yang juga akan melibatkan berbagai elemen ormas maupun organisasi profesi dari ketiga wilayah tersebut merupakan puncak kekesalan warga lantaran banyaknya pelanggaran komitmen yang dilakukan oleh PT LCI terhadap kesepakatan terdahulu yang sudah final disepakati bersama warga.
“Gerakan ini adalah klimaks warga. PT LCI ini diduga telah melakukan kebohongan ke masyarakat, yang itu juga kita akan lakukan class action. Karena dulu ketika sebelum Amdal (PT LCI) jadi, saat banyak masyarakat yang menolak investasi itu, tapi kami justru mendukung dengan pertimbangan yang penting tidak sampai terjadi banjir dan sebagainya, jadi kami menduga ada yang dipersyaratkan di Amdal itu tidak dijalankan perusahaan,” jelas Ketua LSM Gappura Banten, Husen Saidan.
Warga memandang, rencana penyampaian protes atas aktivitas proyek senilai US$4 miliar itu wajar, terlebih mengingat sikap manajemen PT LCI yang dituding telah memancing ketersinggungan warga dari tiga wilayah tersebut.
“Rencana aksi besok ini sudah menjadi kesepakatan dari ketiga wilayah ini setelah terjadi kebuntuan komunikasi antara warga engan PT LCI. Apalagi setiap akan membangun komunikasi, PT LCI ini selalu merasa kedudukannya lebih tinggi dari pada masyarakat lingkungan. Karena itu kami memandang sulit terjadi kesepahaman. Meskipun kami tetap siap berdamai, selama disampaikan program akomodir yang jelas, juga terkait penyelesaian masalah lingkungan seperti banjir dan polusi,” tambah Ketua Himpunan Pengusaha Rawaarum (Hipra) Edi Haryadi.
“Sebelumnya memang ada upaya pendekatan dan pertemuan dengan manajemen PT LCI dan melibatkan beberapa tokoh, tapi lagi-lagi tidak membuahkan hasil, tidak ada kesepakatan, cuma rapat tikus. Bagi kami perusahaan sudah zalim, maka dari situlah kami semakin mantap untuk melakukan aksi itu besok,” kata Ketua Forum Masyarakat Kelurahan Gerem, Sarba’i.
Masih di tempat yang sama, Koordinator massa aksi warga Kelurahan Warnasari, Mulyana meminta agar seluruh warga dari tiga wilayah kelurahan untuk dapat kompak dan tidak mudah terpengaruh dari upaya-upaya mengadu domba dari oknum di luar warga.
“Kan sudah biasa, ketika ada investasi, masyarakat lokal yang terdampak langsung itu wajib diprioritaskan. Nah kalau sampai ada upaya memecah masyarakat tiga kelurahan, bagi saya itu salah langkah,” katanya.
Sayangnya hingga berita ini diturunkan Humas PT LCI, Norman belum memberikan tanggapan. Pesan singkat yang dilayangkan wartawan ke telpon genggamnya tidak mendapatkan respon.
(dev/red)