KAB. SERANG – Kasus stunting yang masih tinggi di Kabupaten Serang menjadi salah satu prioritas pemerintah daerah untuk menurunkan angka stunting serta mencegahnya sesuai program strategi nasional (stranas) percepatan pencegahan stunting.
Prevalensi stunting di Kabupaten Serang hingga tahun 2021 yakni sebesar 27,2 persen. Angka tersebut mengalami penurunan sebanyak 12 persen dari yang sebelumnya yaitu 39,43 persen pada tahun 2019.
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah mengatakan Kabupaten Serang termasuk dalam 100 kabupaten/kota yang menjadi prioritas dalam penurunan stunting dan pihaknya pun menargetkan prevalensi stunting di Kabupaten Serang mencapai 14 persen pada 2024 mendatang.
Penetapan 10 desa menjadi lokus penanganan stunting pada 2023 mendatang menjadi salah satu upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang mempercepat pencegahan stunting.
Sepuluh desa yang tersebar di 8 kecamatan yakni Desa Petir dan Desa Mekarbaru yang berada di Kecamatan Petir, Desa Pancanegara di Kecamatan Pabuaran, Desa Rancasumur di Kecamatan Kopo, Desa Panunggulan dan Desa Bojong Menteng di Kecamatan Tunjung Teja, Desa Parakan di Kecamatan Jawilan, Desa Mekarsari di Kecamatan Carenang, Desa Argawana di Kecamatan Puloampel, serta Desa Binuang yang berada di Kecamatan Binuang.
“Kita punya PR di 2024 dan targetnya 14 persen, kalau itu bisa menurunkan 12 persen kemudian sampai di 2024 menurunkan lagi 13 persen ya rasanya bisa, tapi ini bukan pekerjaan yang mudah dan bukan hanya tugas yang berkaitan dengan kesehatan,” ujar Tatu usai Rembuk Stunting di Hotel Forbis, Kecamatan Waringinkurung pada Senin (13/6/2022).
Menurut Tatu, pencegahan stunting perlu dilakukan karena dinilai dapat membahayakan masa depan anak-anak sebab dapat berdampak serius yang tak hanya pada perkembangan fisik tetapi juga akan mempengaruhi perkembangan otak, mental serta emosional. Anak-anak yang menderita stunting pun berisiko lebih besar menderita penyakit menular dan tidak menular. Maka dari itu pemberian gizi yang baik dan cukup merupakan menjadi hal penting yang mendasari untuk mencegah stunting.
“Stunting itu bukan kecil di fisik tapi yang sangat bahaya di kecerdasan ini bahaya buat masa depan jadi harus menyiapkan anak-anak yang harus dijaga kesehatan fisik dan kecerdasannya,” kata Tatu.
Tatu menyebutkan pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan serta mencegah kasus stunting. Namun untuk hal itu juga dibutuhkan keterlibatan dari semua sektor.
“Dari lintas OPD lain misalnya soal air bersih nah ini dibagi habis tugasnya mana yang soal air bersih berarti ke PU atau ke Perkim mana yang soal pangannya misalnya pertanian, ketahanan pangan kemudian untuk meningkatkan perekonomiannya PU dengan jalannya, banyak hal dan harus dibagi ke masing-masing OPD dengan Dinkes supaya targetnya di 2024 14 persen,” terang Tatu.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang Agus Sukmayadi mengatakan dalam pelaksanaan pencegahan stranas penurunan stunting, Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Serang memberikan intervensi spesifik berupa pemahaman dan sosialisasi terhadap remaja putri hingga calon pengantin.
“Dimulai dari pra konsepsi kemudian terutama bagi remaja melakukan sosialisasi dan informasi untuk kesehatan reproduksi kemudian bagi calon pengantin memberikan informasi bagaimana memelihara kesehatan pada saat nanti hamil kemudian memberikan imunisasi lengkap bagi balita dan imunisasi tetanus toxoid (TT) untuk calon pengantin,” kata Agus.
Kemudian untuk anak-anak yang sudah mengalami stunting, pihaknya melakukan intervensi melalui pemberian makanan tambahan dan pelayanan kesehatan.
“Terhadap orangtuanya diberikan pemahaman bagaimana memelihara kesehatan bagi keluarga terutama dalam melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS),” ucap Agus. (Nin/Red)