Beranda Komunitas Biduanita di Serang Terpukul Pandemi Corona

Biduanita di Serang Terpukul Pandemi Corona

Susi Sulistia (kiri) dan Nenk Yellow saat podcast di BantenNews.co.id.

 

Irama gambus terdengar sayup-sayup dari arah dapur. Bunyi “kelontrak” pelan piring beradu dan gemericik air berkelindan dengan nada parang pasir itu. Sambil mencuci, Neng bersenandung. Meski jadwal manggung batal karena pandemi Covid-19, sebagai biduanita ia mencoba menghibur diri sambil olah vokal sekadarnya.

Sejak pandemi melanda Banten, dunia hiburan salah satu sektor yang terdapak signifikan. Jadwal manggung ambruk sejak enam bulan lebih. Jadwal yang sebelumnya mengisi kalender event menyanyi di acara hajat dan resepsi pernikahan batal. Pemerintah setempat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengimbau untuk tidak ada hiburan di acara hajat.

“Ya paling nyanyi untuk menghibur diri sambil nyuci piring yah. Kadang juga puter lagu dari  smart hafiz (perangkat penghafal Quran untuk anak-anak). Ya hitung-hitung olah vokal, biar tidak kaku,” kata Neng yang juga dikenal sebagai Neng Gambus yang suka dengan warna kuning saat bincang santai di studi BantenNews.co.id, Jumat 18 September 2020.

Untuk menyambung hidup di tengah situasi pandemi yang sulit itu, Neng yang terkenal sebagai pelantun lagu-lagu gambus dari timur tengah itu menjalankan bisnis online. Ia memanfaatkan media sosial untuk menjual ulang (reseller) berbagai produk. “Walau untungnya 10 ribu lumayan buat tambahan, supaya tidak melulu bergantung kepada suami. Kebetulan kan suami juga kerjanya terdampak Covid-19,” kata  vokalis gambus El-Faridzi Kota Serang tersebut.

Selama pandemi, perempuan yang tinggal di Kaujon, Kota Serang itu mengaku tidak pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah meski pernah menyerahkan data keluarga. “Jujur belum pernah. Pengen sih menanyakan ke RT kenapa tidak dapat, tapi melihat yang lain ada yang dapat ya sudah lah mungkin ada yang lebih membutuhkan,” ujarnya berbesar hati.

Hal yang sama dirasakan oleh Susi Sulistia vokalis  gambus modern El-Balaski. Bersama sang suami yang juga memiliki grup musik gambus El-Wahida ia sangat merasakan dampak pandemi. Sudah hampir enam bulan jadwal panggung hanya datang satu dua.

Untuk mencukupi kebutuhan dapur, sang suami berjualan cat di daera Cinanggung, Kota Serang. Sementara Susi menyiasati dengan berjualan cilok dan mi rebus di depan rumah. “Ya harus putar otak untuk menyambung hidup, karena semua aktivitas (panggung) harus dibatasi,” kata Bendagara Musisi Sedulur Banten (MSB) tersebut.

Kendati sepi panggilan mengisi acara hajat dan resepsi, ia terus berharap pandemi Corona segera berakhir. Ia sudah kangen dengan situasi kembali normal, masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa, dan profesi sebagai biduan kembali menjadi lahan yang menjanjikan. (You/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News

Dukung BantenNews.co.id untuk terus menyajikan jurnalistik yang independen. Klik disini